Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEN Johnson mencengangkan dunia pada Olimpiade 1988. Dia menempuh lintasan seratus meter dalam 9,79 detik. Pelari Kanada ini pun digelari ”manusia tercepat sepanjang sejarah”. Bentastic!— kata media-media Amerika. Tapi puja-puji itu hanya bertahan tiga hari. Sampel urine Ben terbukti mengandung stanozolol. Pelari cepat yang kala itu berumur 26 tahun ini mengaku memakai perangsang (doping) untuk menggenjot prestasinya.
Johnson adalah satu dari daftar panjang atlet pengguna steroid. Kisah mereka dibeberkan dalam tayangan dokumenter Superhuman: Steroid di National Geographic Channel dua pekan lalu. Steroid sendiri termasuk obat yang paling kontroversial. Ia dicaci sekaligus dicari. Kebanyakan negara, termasuk Amerika dan Inggris, melarang penggunaan steroid tanpa resep dokter.
Toh, ini bukan halangan bagi olahragawan dan binaragawan. Kieran Kidder mengaku mendapat pasokan steroid dari pasar gelap. Atlet angkat besi Amerika ini sudah 15 tahun menginjeksikan steroid ke lengannya. Ia bilang, ”Apa bedanya dengan mengkonsumsi multivitamin setiap hari?” Hasilnya ”menggembirakan”: otot Kidder jadi lebih besar dan lebih kuat untuk angkat beban.
Atlet dan binaragawan memang rentan kekurangan protein akibat latihan fisik berat. Karena itu, mereka butuh protein tambahan untuk mengembalikan kebugaran tubuh. Tak hanya lewat nutrisi, tapi juga dengan jalan pintas bernama anabolic steroid, sejenis steroid yang dapat meningkatkan sintesis protein, yang membantu pembentukan otot tubuh.
Dengan hormon ini, hasilnya bisa terlihat hanya dalam dua minggu. Bandingkan dengan berlatih dan menyantap makanan bergizi, yang butuh minimal satu bulan. Tak aneh jika banyak yang memilih jalur suntik hormon meskipun sudah dinyatakan ilegal.
Menurut Dianne Elliott, profesor bidang obat-obatan dari Oregon Health and Science Center, untuk jangka pendek, steroid memang solusi mujarab. Otot membesar, badan menguat, dan prestasi melonjak. Namun, untuk jangka panjang, ia menjadi bom waktu yang siap meledakkan banyak penyakit. Misalnya wajah bengkak (moon-face) dan berjerawat, tulang keropos, testikel mengecil dan impoten, kanker hati, gagal ginjal, serta serangan jantung.
Contohnya? Sudah banyak. Mister Universe 1975, Steve Michalik, kini menghabiskan masa tuanya dengan liver rusak. Ia juga berkali-kali dihajar serangan jantung. Tapi ia lebih beruntung ketimbang Tom Simpson, yang tewas saat mengikuti Tour de France 1967. Hasil otopsi menunjukkan darah atlet balap sepeda itu mengandung kadar methamphetamine tinggi. Sejak pertama kali digelar pada 1903, lomba balap sepeda bergengsi ini memang erat dengan tradisi doping.
Steroid memang penggoda sejati bagi para pemuja tubuh berotot. Padahal bahaya yang ditimbulkannya tak hanya fisik. Harrison Pope, psikiater dari Harvard Medical School, Amerika, menyatakan hormon steroid dosis tinggi juga memicu agresivitas seseorang. Dorongan melakukan kekerasan juga sangat kuat.
A. Purba, dosen Program Magister Ilmu Faal dan Kesehatan Olahraga Universitas Padjadjaran, Bandung, menyatakan hal serupa. Selain itu, menurut Purba, suntik hormon memang membuat otot cepat membesar, tapi juga cepat kembali mengecil.
Karena itu, lebih baik membentuk otot dengan cara alami. Dokter olahraga di Fitness Ideal (balai kesehatan di kampus Dipati Ukur) itu menyatakan tubuh proporsional pertama-tama dilihat dari berat dan tinggi badan. Lalu lapisan lemaknya diukur dengan skin fold caliper (pengukur lapisan lemak di bawah kulit).
Jika kombinasi berat, tinggi, dan lapisan lemak tak seimbang, si ”atlet” harus lebih dulu ikut program penurunan atau peningkatan berat badan. Ini tak ringan. Tipe olahraganya pun beragam. Yang terbaik adalah low intensity, long duration—perlahan tapi pasti.
Sesudah tercapai berat badan ideal, barulah masuk ke latihan membesarkan otot dengan angkat beban. Tapi jangan terburu nafsu berlatih. Sebelum sampai tahap angkat beban, otot harus dilatih sekitar dua bulan. Kalau otot belum kuat dan dipaksakan angkat beban, bisa terjadi cedera.
Apa boleh buat, perjalanan menuju perut ”enam pak” memang bukan hasil kerja semalam.
Andari Karina Anom, Adelheid Sidharta (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo