Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO , Jakarta: Tahun Baru Cina atau Imlek akan tiba pada 19 Februari 2015 mendatang. Tapi, tahukah Anda bahwa perayaan Imlek di Indonesia itu khas dan hanya ada di sini, khususnya dalam tradisi kulinernya?
Pemerhati sekaligus peneliti budaya Cina-Indonesia, Aji Chen Bromokusumo, mengungkapkan bahwa makanan orang Tionghoa di beberapa daerah, khususnya di pulau Jawa, mendapat banyak pengaruh budaya Hokkien atau budaya yang ada di Kota Fujian, Cina.
Budaya ini dibawa oleh para imigran yang ingin mencari peruntungan di sini. Mereka adalah warga kelas bawah yang sangat miskin karena beberapa sebab. "Misalnya, kabur karena dikejar-kejar masalah politik, atau bekas buruh perkebunan, atau buruh pertambangan," ujar Aji Chen saat diwawancarai di bilangan Bumi Serpong Damai pekan lalu.
Budaya Fujian ini akhirnya berasimilasi dengan kebudayaan setempat yang muncul di berbagai segi, misalnya makanan dan adat perkawinan. Asimilasi kebudayaan ini sangat terlihat pada makanan yang disajikan saat Imlek atau Sinchya, perayaan tahun baru yang menggunakan perhitungan kalender berdasarkan peredaran bulan.
Istilah "Sinchya" atau "Imlek" hanyalah milik warga keturunan Cina yang ada di Indonesia. "Sinchya" berasal dari dialek Hokkien, "sinchya gwe" ("shin cung yen" dalam dialek Mandarin), yang berarti "bulan baru". Di daratan Cina tidak dikenal kedua istilah tersebut.
Bila dirunut dari sejarahnya, pelaksanaan ritual Imlek di daratan Cina dan Indonesia hampir sama. Namun, untuk makanan, Aji mengakui sudah sulit terdeteksi, karena banyaknya makanan peranakan Cina-Indonesia yang sudah mengalami percampuran. Karena itu, makanan Imlek yang disajikan di Indonesia dapat dipastikan berbeda dengan makanan yang disajikan di daratan Cina.
Aji mencontohkan menu Ayam Oh atau Ayam Hitam, yang bumbunya menggunakan tauco dan kecap. Dua bumbu ini tidak ada di daratan Cina. Sebab, kecap yang ada di daratan Cina tidak ada yang memiliki rasa manis. Kebanyakan kecap yang digunakan adalah kecap asin dan kecap ikan. "Penggunaan kecap manis itu sangat mencerminkan budaya Jawa," kata Aji. Penganan Cina, menurut Aji, jarang menggunakan bahan manis dan bumbu yang kuat. Masakan Cina lebih sedikit bumbu dan dominan menggunakan bawang putih.
CHETA NILAWATY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini