Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Lumajang - Suhu mendekati nol derajat Celsius merangkul tenda-tenda para pendaki Gunung Semeru di tepi Danau Ranu Kumbolo, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu malam, 6 April 2018. Menjelang dinihari, gerakan-gerakan merapatkan pintu tenda hampir dilakukan bersamaan oleh mereka, menimbulkan suara gesekan rerumputan dan flysheet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Beberapa di antaranya tak sekadar menutup rapat, tapi juga mengecek dan memastikan bahwa rumah temporer mereka saat itu di Gunung Semerubenar-benar tak berongga. Sebab, hawa dingin makin menembus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sementara itu, di luar, air danau Ranu Kumbolo seperti menyemburkan kabut tebal. Kabut itu bertiup ke arah camping ground di muka danau, membuat rumput basah seperti diguyur air es. Beginilah suasana di awal musim pendakian Gunung Semeru. Dengan hujan yang masih sesekali turun, suhu danau di ketinggian 2.400 mdpl itu bisa mencapai minus 6 derajat.
Namun suhu dingin tak menciutkan nyali pendaki untuk bermalam di danau yang konon dijuluki surganya Gunung Semeru itu. Buktinya, sekitar 520 orang, menurut data Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau TNBTS di Resort Ranu Pane alias pos pendakian Gunung Semeru, tercatat membuka tenda di sana.
Sejumlah pendaki mengaku sengaja menginap di Ranu Kumbolo untuk menyaksikan matahari keemasan muncul di balik danau tatkala pagi. “Rombongan kami bermalam di sini untuk menyaksikan sunrise (matahari terbit),” kata Haris, mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang, yang ditemui Tempo di Ranu Kumbolo, Sabtu lalu. Sejumlah pendaki memotret pagi di Ranu Kumbolo, Semeru, Jawa Timur, dari Tanjakan Cinta, Minggu, 7 April 2018. Tempo/Francisca Chrisrty Rosana
Ungkapan itu langsung disetujui oleh anggota rombongannya yang berjumlah lima orang. Pendaki lain, Adi, dari Surabaya, yang sudah dua kali ke Ranu Kumbolo mengatakan selalu terpukau dengan suasana pagi.
Keindahan-keindahan yang dimaksud para pendaki terbukti saat langit di atas danau mulai terang. Cahaya merah keemasan mula-mula muncul di antara lekuk pertemuan bukit yang membentuk huruf “V”. Sedangkan langit di sekitarnya berubah rona menjadi keunguan. Semburat emas itu makin lama makin melebar hingga membuat gundukan bukit di sekitar Ranu Kumbolo seperti siluet.
Pukul 05.58, orang-orang di dalam tenda mulai melungsuti pembungkus badan dan beranjak ke tepi danau. Debit air danau pada pagi hari sedikit surut sehingga para pendaki bisa mendekat ke muka Ranu untuk memotret momentum yang ditunggu-tunggu itu.
Menjelang siang, pagi keemasan berganti terik. Meski demikian, ranu alias danau itu belum beranjak dari ruang eksotis. Bukit cinta yang membelakangi Ranu Kumbolo menunggu untuk didaki.
Ranu Kumbolo berada di pos 4 jalur pendakian Gunung Semeru. Untuk menuju tempat ini, pendaki kudu melewati jalur yang cukup panjang dari titik awal pendakian Desa Ranu Pane, Lumajang. Jalur pendakian menuju Ranu Kumbolo normalnya ditempuh 4 jam. Namun bila hujan, seperti Sabtu lalu, pendaki akan menempuh waktu jalan lebih lama lantaran jalur licin.
Artikel lain: Ratusan Rider Berbagai Komunitas Motor Konvoi ke Tambora