Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Gamelan Sekaten Keraton Surakarta Mulai Ditabuh Non Stop Sepekan

Sepasang gamelan bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari itu akan ditabuh selama 24 jam setiap harinya.

3 November 2019 | 07.58 WIB

Para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta menabuh gamelan sekaten di Kompleks Masjid Agung, Sabtu 2 November 2019. Gamelan itu akan ditabuh 24 jam hingga sepekan ke depan. TEMPO | Ahmad Rafiq
Perbesar
Para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta menabuh gamelan sekaten di Kompleks Masjid Agung, Sabtu 2 November 2019. Gamelan itu akan ditabuh 24 jam hingga sepekan ke depan. TEMPO | Ahmad Rafiq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Solo - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai menabuh sepasang gamelan sekaten, Sabtu 2 November 2019. Gamelan itu ditabuh di pelataran Masjid Agung non stop hingga sepekan ke depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Sepasang gamelan bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari itu akan ditabuh selama 24 jam setiap harinya. "Hanya berhenti saat Salat," kata Tafsir Anom Masjid Agung, Kanjeng Raden Tumenggung Muhtarom.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum ditabuh, gamelan tersebut dikirab dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung. Iring-iringan kirab berjalan dari Kori Kamandungan menuju Masjid Agung, melewati kompleks Siti Hinggil.

Sesampainya di Masjid Agung, mereka meletakkan perangkat gamelan di Bangsal Pradonggo yang berada di pelataran masjid tersebut. Gamelan Kiai Guntur Sari diletakkan di sebelah selatan dan Kiai Guntur Madu di sebelah utara.

Dua perangkat gamelan tersebut tidak ditabuh secara bersamaan. "Cara menabuhnya bergantian," kata Muhtarom. Gamelan itu akan terus ditabuh hingga hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiulawal Hijriyah yang tahun ini jatuh pada Sabtu, 9 November 2019.

Menurut Muhtarom, tradisi menabuh gamelan sekaten merupakan bentuk pelestarian budaya yang dipopulerkan oleh Wali Songo. "Gamelan sekaten ini menjadi salah satu bentuk syiar Islam," katanya. Tradisi tersebut wujud akulturasi budaya dan membuat Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat pada masa itu.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus