Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jesse Choi, pria Korea - Amerika yang menikahi aktris, Maudy Ayunda pada Ahad, 22 Mei 2022 menceritakan dia mengalami sendiri persoalan rasialisme di Amerika. Pria yang lahir di Korea, tapi tumbuh dan besar di Los Angeles, Amerika Serikat itu menuturkan, sebagai orang Asia, ia kerap mengalami pelecehan dari orang kulit putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kisah ini dituangkannya dalam artikel yang ditulisnya di medium.com, sebuah situs blog, pada 9 Februari 2022. Saat bekerja di Boston selama tiga tahun setelah lulus kuliah strata 1, ia merasakan pelecehan karena kulitnya yang 'berwarna.' "Bekerja di lingkungan di tempat yang 100 persen bos saya pria kulit putih."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Jesse, ada kejadian tak terlupakan di bulan pertama bekerja di Boston, daerah yang memiliki sejarah perjuangan melawan rasialisme. Ia dihadang oleh empat orang berbadan lebih tinggi dan besar darinya. "Mereka menatap wajah saya dan berkata bahwa saya tidak memenuhi syarat untuk bergaul dengan teman-teman saya karena saya orang Asia dan mereka tidak."
Jesse menuturkan, sebagai orang Asia, ia tertantang untuk bisa beradaptasi di tempat baru. Ia berusaha membenamkan diri dalam budaya yang sama sekali baru dan merasakan bermetamorfosis. Hal itu dilakukannya lantaran ia merasakan tidak nyaman menjadi korban perundungan karena masalah warna kulit.
Maudy Ayunda dan suaminya, Jesse Choi. Foto: Instagram Jesse Choi.
"Tumbuh dewasa, saya malu dengan ke-Asiaan saya. Di sekolah menengah, kata-kata seperti fob atau fobby digunakan untuk menghina karena menggambarkan teman sebaya karena gaya rambut atau perawakan fisik mereka yang kecil atau kepribadian lemah lembut. Tidak keren menjadi orang Asia," tulisnya.
Jesse menuturkan, sebelum kejadian di Boston, saat ia dilecehkan karena ke-Asia-annya, ia merasa bangga bisa berasimilasi dengan budaya Amerika. Pelecehan yang dialaminya itu menyalakan api dalam diri Jesse. "Saya menolak direndahkan dan diberitahu bahwa orang Asia lebih rendah!" Nyanyian batin saya, ke-Asian saya adalah sumber kehormatan, bukan rasa malu," tulisnya.
Kejadian itu memicunya untuk melihat Asia secara utuh. Ia bersemangat untuk tinggal di Asia dan mendekati leluhurnya. "Saya akhirnya akan berhubungan dengan akar leluhur saya yang telah lama saya abaikan," tulisnya.
Alam semesta menjawab keinginan Jesse Choi. Pada hari pertama mengambil magister bisnis di Stanford University, ia berkenalan dengan Maudy Ayunda. Pertemuannya dengan Maudy membuatnya kian bersemangat untuk pindah ke Jakarta. Ia merasa, Indonesia, sebagai bagian dari Asia Tenggara, memiliki pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. "Saya benar-benar bersemangat untuk berkontribusi," tulisnya.
Jesse Choi membulatkan tekadnya untuk beradaptasi dengan budaya Indonesia. Dalam salah satu unggahan di halaman Instagramnya, Jesse menunjukkan keseriusannya belajar Bahasa Indonesia. "Saya menghabiskan enam jam dalam sepekan untuk belajar Bahasa Indonesia dan saya bilang, belajar bahasa baru di usia 30an lebih sulit dari yang saya ingat," tulisnya dengan emotikon tertawa.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.