Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian maskapai penerbangan menyajikan makan berat untuk penumpang, terutama pada penerbangan jarak jauh. Namun, seorang pelatih kebugaran menyarankan agar tidak makan di dalam pesawat, meskipun di first class yang nyaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pelatih pribadi Las Vegas Michael Sheedy mengatakan makan di pesawat bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman pada pencernaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Motilitas usus dipengaruhi oleh tekanan kabin dan ketinggian," lanjut kata dia dalam podcast Wealthy Way yang dikutip New York Post, Kamis, 17 Oktober 2024. "Jadi, saat Anda makan di pesawat, makanan Anda tidak dicerna dengan baik, dan itu dapat menyebabkan radang gastrointestinal."
Biarkan Perut Kosong
Itu sebabnya, setiap kali terbang, dia memilih membiarkan perutnya kosong. Bahkan ketika ia ditawari makanan gratis yang disertakan dalam tiket pesawatnya, influencer kebugaran itu mengatakan ia tidak akan memakan makanan itu.
"Meski first class, saya menolak makanan itu," Sheedy bersikeras, seraya menambahkan bahwa ia juga tidak mau makan makanan cepat saji di bandara. "Saya tidak akan memakannya."
Dia baru akan makan setelah mendarat. "Saya berpuasa, dan begitu mendarat, saya akan makan makanan pertama saya," kata Sheedy.
Gangguan selama Perjalanan Udara
Ahli gastroenterologi Harvard Kyle Staller mengatakan bahwa perjalanan mengganggu banyak ritme alami tubuh, termasuk pencernaan.
Spesialis Cleveland Clinic juga mengonfirmasi bahwa perubahan tekanan pesawat menyebabkan gas di dalam perut dan usus mengembang, itulah sebabnya penumpang mungkin merasa kembung.
Para pegiat kesehatan menyarankan untuk menghindari makanan asin dan berminyak, seperti burger dan kentang goreng dari restoran cepat saji di terminal bandara, untuk mengurangi risiko gas.
Paul Janowicz, seorang pilot Delta Airlines, mengatakan hal yang sama. Dia menyebutkan lima makanan teratas yang tidak boleh dimakan saat terbang, salah satunya makanan ringan yang mengandung tinggi garam. Ia menganggap makanan ringan yang asin menjadi ancaman tiga kali lipat bagi tubuh di ketinggian 30.000 kaki, karena dapat menyebabkan gas, kembung, dan dehidrasi.