Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Museum pada umumnya ditujukan untuk menampilkan atau memperlihatkan potret kejayaan suatu karya. Namun berbeda dengan Museum of Failure, yang mengangkat konsep dan ide yang unik, yakni memamerkan kegagalan dalam berinovasi.
Museum of Failure menjelajahi dunia dalam debutnya pertama kali di Kanada. Galeri dibuka pada Hari Kanada di Southcentre Mall dan menampilkan lebih dari 130 produk dan layanan yang gagal untuk dilihat, diejek dan dipelajari oleh publik. Tujuan yang terakhir itu menjadi harapan terbesar pemilik pameran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini pameran yang menyenangkan dan menghibur, pasti. Tapi ada pesan serius di sana bahwa kita harus lebih baik dalam menerima dan mendiskusikan kegagalan kita sendiri, baik di tempat kerja maupun sebagai individu,” kata Samuel West, psikolog klinis dan peneliti inovasi di Universitas Lund Swedia, yang juga kurator museum, dikutip dari Calgary Herald.
Museum of Failure ini berisi kumpulan produk-produk gagal dengan maksud untuk menunjukkan bahwa inovasi membutuhkan pengambilan risiko dan kadang kegagalan. Berikut beberapa koleksi yang tersimpan di museum ini berupa produk dan layanan yang pernah gagal dari seluruh dunia:
1. Coca-Cola Blaki (2006)
Coca-Cola menghabiskan dua tahun mengembangkan ramuan soda-kopi ini dengan harapan dapat memasuki pasar kopi premium yang sedang berkembang. Minuman ini diluncurkan pada 2006 dan ditujukan untuk konsumen dewasa, lebih khusus lagi, mereka yang berusia di atas 30 tahun, cerdas, dan berprestasi. Namun minuman ini merupakan minuman terburuk yang pernah ada. Minuman ini pernah ada di pasaran selama kurang lebih 2 tahun lamanya sebelum diberhentikan untuk selama-lamanya.
2. Ikea Air (1980)
Ikea terkenal dengan perabot rumah yang murah dan praktis. Namun pada 1989-an, mereka mencoba furnitur baru berupa sofa tiup. Idenya masuk akal dan bagus serta bertujuan untuk ramah lingkungan dan terkesan lebih ringan. Tujuannya mengurangi penggunaan bahan baku dan biaya transportasi. Tetapi jika katupnya bocor, pemiliknya harus terus memompa dan terlihat lebih canggung. Akhirnya, Ikea menarik produknya.
3. Apple Pippin (1996)
Sebelum Steve Jobs kembali, Apple memproduksi konsol game bernama Apple Pippin. Mereka berharap dapat menjual setengah juta konsol setahun. Versi sederhana dari sistem operasi Macintosh membuat Pippin lebih dinamis dan bertenaga daripada kebanyakan konsol game lain di pasaran. Namun, harganya terlalu tinggi untuk bersaing dengan produk ini. Harga Pippin sekitar US$ 600 (Rp 9,4 juta), sedangkan konsol Nintendo 64 harganya sekitar US$ 200 (Rp 3,1 juta).
4. ESPN Mobile (2006)
Produk ini menjanjikan penggemar olahraga semua berita terbaru dengan satu sentuhan tombol. Ponsel ini memberi akses unik ke skor, konten video, sorotan dan berita olahraga lainnya. Namun, perangkat ini mendapat respon buruk karena dianggap jelek secara fisik. Selain itu, paket yang ditawarkan mahal, mulai dari US$ 65 hingga US$ 225 (Rp 1-3 jutaan) per bulan.
Produk gagal ini hanya bertahan 9 bulan dan merugikan perusahaan jutaan dolar. Nyatanya, Steve Jobs pernah mengatakan kepada seorang eksekutif ESPN, "Ponsel Anda adalah ide paling bodoh yang pernah saya dengar," kata Steve Jobs.
5. Kursi Hawai (2000)
Sejak awal umat manusia, manusia telah menikmati duduk. Tapi desain sederhana itu tidak cukup untuk sebuah perusahaan di awal tahun 2000-an. "Itu disebut Kursi Hawaii atau kursi hula. Bayangkan sebuah kursi yang kursinya berputar, sehingga untuk duduk di dalamnya, Anda harus melakukan gerakan hula hoop dengan pinggul Anda,” kata West. "Idenya adalah Anda bisa duduk dan menjadi bugar karena Anda tahu, Anda harus bergerak dengan kursi.”
Sayangnya, Kursi Hawaii tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena sangat sulit untuk benar-benar diduduki. Itu berakhir di daftar "50 Penemuan Terburuk" Majalah Time pada 2010.
6. Edsel (1958)
Salah satu pembuat mobil terbesar di dunia juga bertanggung jawab atas salah satu kecerobohan terbesar di industri ini. Ford Motor Company meluncurkan merek Edsel, dinamai menurut putra pendiri Henry Ford, pada 1958. "Benda ini adalah tiket terpanas di kota sampai orang benar-benar melihatnya dan mereka bingung,” kata West. "Mereka seperti, 'apakah ini mobil yang mahal? Atau apakah itu mobil murah?’ Mereka tidak dapat memahami hal yang benar-benar baru dari Ford ini.”
Dengan pilihan gaya yang dipertanyakan dan dimulainya resesi pada tahun yang sama peluncurannya, publik tidak menyukai merek Edsel dengan harga yang sedikit lebih tinggi seperti yang direncanakan Ford. Setelah dua tahun penjualan terbatas dan beberapa taktik pemasaran yang luar biasa, termasuk program televisinya sendiri selama satu jam yang menampilkan bintang Bing Crosby dan Frank Sinatra, Ford menghentikan divisi Edsel pada 1960.
Museum of Failure ini ada di Amerika dan Swedia. Namun pameran koleksi museum itu juga sempat ada di Shanghai dan Paris.
JENIATI ARTAULI TAMPUBOLON
Baca juga: Ragam Aktivitas Menarik yang Bisa Dilakukan di Qatar, Tuan Rumah Piala Dunia 2022
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini