Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Artikel ilmiah berjudul “Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia” di jurnal Archaeological Prospection ditarik kembali oleh penerbit Wiley Online Library. Pada laman resmi jurnal itu disematkan kata 'Retracted' atau dicabut pada judul hasil riset Danny Hilman Natawidjaja dkk soal Situs Gunung Padang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah terbit memang muncul perhatian dari para ahli terkait dengan data dan analisis dalam makalah riset priamida di Gunung Padang. Rangkumannya, mereka menyebut tafsiran penulis soal piramida kuno yang dibangun oleh manusia sekitar 20 ribu tahun lalu itu sebenarnya adalah sisa-sisa gunung berapi alami yang memiliki situs arkeologi di permukaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai catatan, usia 20 ribu tahun itu menjadikannya piramida tertua di dunia, jauh lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir yang berusia sekitar 4.000 tahun.
Gunung Padang merupakan situs cagar budaya nasional yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Gunung Padang merupakan bangunan punden berundak dengan ukuran paling besar dan diklaim sebagai situs tertua di Indonesia.
Menurut laman gnpadang.com, keberadaan Situs Gunung Padang dilaporkan pertama kali oleh Nicolaas Johannes Krom dalam tulisannya yang berjudul Rapporten Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan) pada tahun 1914. Kemudian, Krom melaporkan bahwa di puncak Situs Gunung Padang terdapat empat teras yang tersusun dari batu kasar serta dihiasi batu andesit dan di setiap teras terdapat gundukan tanah yang ditimbuni batu.
Karena keterbatasan akses, temuan bersejarah di Situs Gunung Padang sempat terlupakan selama beberapa dekade. Namun, Situs Gunung Padang ditemukan kembali pada tahun 1979. Masyarakat setempat melaporkan tentang keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak kepada pemerintah.
Semenjak saat itulah, pemerintah mulai melakukan konservasi dan penelitian terhadap Situs Gunung Padang. Setelah diteliti, diketahui bahwa Situs Gunung Padang telah dibangun pada sekitar 8.000 SM dan berusia sekitar 10.000 tahun.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Sutarman dkk, dalam judul Gunung Padang Cianjur: Pelestarian Situs Megalitikum Terbesar Warisan Dunia, Gunung Padang adalah situs peninggalan masa pra sejarah, atau tepatnya zaman megalitikum atau batu besar. Bukti Gunung Padang sebagai peninggalan sisa-sisa zaman megalitikum adalah tinggalan batuan tempat pemujaan.
Tempat Pemujaan masih berdiri tegak hingga saat ini namun terjadi kerusakan secara eksternal maupun internal pada situs tersebut. Kerusakan eksternal disebabkan oleh aktivitas wisata yang tidak terkendali, batuan yang diduduki maupun dipukul, dan vandalisme. Kerusakan internal berupa karena adanya tumbuhan liar dan erosi. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan peninggalan punden berundak menjadi lepas, aus, miring, patah, retak, bahkan jatuh ke lereng bukit.
Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan megalitikum. Situs Gunung Padang bukanlah gunung aktif, tetapi lebih tepat dikatakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 885 mdpl, luas kompleks utamanya sekitar 900 meter persegi, dan luas areal sekitar 3 hektare.
Situs Gunung Padang tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara, bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan zaman megalitikum yang terdiri atas lima teras dan tersusun dengan ukuran yang berbeda-beda.
Selanjutnya: Bagaimana rute mencapai Situs Gunung Padang?
Rute dan Akses ke Situs Gunung Padang
Akses yang dapat anda tempuh dari Kota Jakarta ialah dengan mengambil mengambil jalur menuju Puncak Bogor. Anda juga bisa mengambil arah lainnya jika sekiranya ada kemacetan, seperti memilih Jonggol menuju Cianjur Kota.
Setelah berada di Kota Cianjur, ambil jalur menuju Jalan Raya Cianjur-Sukabumi. Lalu terdapat dua pilihan jalan menuju situs Gunung Padang. Jalur pertama adalah jalur Pal Dua.
Selanjutnya anda pergi menuju Desa Warungkondang. Ketik sampai, anda harus mengambil belokan ke kanan menuju melewati Cipadang, Cibokor, Lampegan, Pal Dua, Ciwangin, Cimanggu, hingga berakhir di Dusun Gunung Padang.
Sementara yang kedua melalui jalur Tegal Sereh. Untuk jalur ini, Anda mesti pergi terlebih dahulu ke Desa Sukaraja. Setelahnya Anda belok ke arah kiri dan mengikuti jalan Cireungas, Cibanteng, Rawabesar, Sukamukti, Cipanggulan, dan berakhir di Dusun Gunung Padang.
Tak perlu khawatir jika tidak memakai kendaraan pribadi, akses menuju situs ini dapat ditempuh menggunakan angkutan umum. Setelahnya, Anda turun di Cipanggulan dan menyambung lagi untuk bisa sampai Gunung Padang.
Sementara ketika memilih memakai kereta api, anda dapat mulai berangkat dari Stasiun Bogor. Rute kereta tersebut perlu anda akhiri untuk turun di Stasiun Lampegan. Dari Stasiun Lampegan, jarak ke Gunung Padang masih kurang lebih tujuh kilometer dan harus melanjutkan perjalanan dengan ojek.
Batas-batas situs Gunung Padang, yaitu
- Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cimanggu.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kali Cikuta.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kali Cikuta, Kampung Empang, Pasir Cikuta, dan Kampung Cikuta.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kali Cipanggulaan, Pasir Cipanggulaan, dan Kampung Cipanggulan.
MYESHA FATINA RACHMAN | ANWAR SISWADI I FATHUR RACHMAN