Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktor Reza Rahadian menyatakan bahwa dirinya tertarik memerankan tokoh nasional Indonesia, setelah pernah berlakon sebagai HOS Tjokroaminoto hinngga BJ Habibie. Hal tersebut ia sampaikan dalam siniar Mari KeMari dari Kaks Production yang dipandu Mamat Alkatiri dan Arie Kriting
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Reza menyatakan dirinya memiliki latar belakang asal Indonesia Timur. Dirinya memiliki keturunan dari ibunya yang asal Ambon dan memiliki marga Matulessy. “Iya betul, memang asli. Iya, dari Ibu saya Matulessy, Thomas Matulessy. Terus, ada Rote-nya yang paling kental NTT,” terangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Arie Kriting sempat menanyakan pada Reza apakah dirinya tertarik untuk menjadi karakter pahlawan nasional asal Saparua, Maluku itu di film. “Bang, sebagai orang Timur yang namanya menyertai namanya abang, Matulessy, menjadi Pattimura?” tanya Arie.
“Kalau aku ditawari, suatu hari nanti. Seneng banget,” jawab Reza dengan tegas.
Kapitan Pattimura: Kebanggaan Maluku, Inspirasi Bangsa
Dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Thomas Matulessy, atau yang dikenal sebagai Kapitan Pattimura, adalah sosok pahlawan nasional yang lahir di Haria, Saparua, Maluku, pada tanggal 8 Juni 1783. Di tengah penjajahan Belanda yang kejam, Pattimura bangkit sebagai pemimpin yang membangkitkan semangat rakyat Maluku untuk melawan dan meraih kemerdekaan.
Masa muda Pattimura diwarnai dengan berbagai pengalaman berharga. Dia pernah bekerja sebagai pelaut dan prajurit di angkatan laut Inggris, menempa jiwa kepemimpinan dan strategi militernya. Pengalaman ini menjadi modal penting ketika rakyat Maluku bangkit melawan penindasan Belanda pada 1817.
Pada tanggal 15 Mei 1817, Pattimura mengobarkan semangat perlawanan dengan mendeklarasikan perang terhadap Belanda di sebuah upacara di Haria, Saparua. Di bawah kepemimpinannya yang berani dan inspiratif, rakyat Maluku bersatu padu melawan penjajah. Benteng Duurstede di Saparua dan Benteng Belgica di Banda Neira berhasil direbut. Pattimura dan pasukannya bahkan melancarkan serangan ke Maluku dan berhasil menguasai Benteng Hollandia di Hitu.
Kegigihan dan keteguhan Pattimura menjadi inspirasi bagi rakyat Maluku. Meskipun Belanda melancarkan serangan balik yang gencar, Pattimura dan pasukannya tidak gentar. Mereka berjuang dengan gagah berani, menunjukkan tekad kuat untuk meraih kemerdekaan.
Namun, nasib berkata lain. Pada 11 Desember 1817, Pattimura tertangkap oleh Belanda di hutan Wawae, Saparua. Pada 16 Desember 1817, di usia 34 tahun, Pattimura dihukum gantung di Fort Rotterdam, Ambon.
Kematian Pattimura tidak mematahkan semangat rakyat Maluku. Keberanian dan pengorbanannya telah mengantarkannya menjadi pahlawan nasional Indonesia. Kapitan Pattimura adalah simbol perlawanan rakyat Maluku terhadap penjajahan Belanda. Dia adalah pahlawan yang patut dikenang dan diteladani oleh generasi muda Indonesia.
Latar Belakang Kolonialisme Belanda di Maluku
Sejak abad ke-17, Belanda telah menguasai Maluku dengan tangan besi. Mereka menerapkan sistem perdagangan yang menindas dan eksploitatif, memonopoli perdagangan rempah-rempah, dan memaksakan pajak yang tinggi kepada rakyat Maluku.
Kekejaman dan kesewenang-wenangan Belanda memicu rasa tidak puas dan perlawanan rakyat Maluku. Perlawanan ini sering kali bersifat lokal dan sporadis, namun menunjukkan tekad rakyat Maluku untuk meraih kemerdekaan.
Kebangkitan Nasionalisme dan Kesadaran Politik di Maluku
Pada awal abad ke-19, terjadi kebangkitan nasionalisme di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Maluku. Faktor-faktor seperti pengaruh Revolusi Perancis, Perang Kemerdekaan Amerika, dan pergerakan nasional di Jawa memicu kesadaran rakyat Maluku untuk memperjuangkan hak dan kemerdekaan mereka. Tokoh-tokoh seperti Pattimura mulai muncul sebagai pemimpin yang mampu mengorganisir dan mengarahkan perlawanan rakyat Maluku.
Peran Pattimura sebagai Pemimpin Perlawanan
Pattimura, dengan karisma, kecerdasan, dan pengalaman militernya, berhasil menyatukan berbagai suku dan golongan di Maluku untuk melawan Belanda. Dia memimpin strategi perang yang efektif dan membangkitkan semangat rakyat Maluku untuk berjuang demi kemerdekaan.
Pattimura tidak hanya seorang pemimpin militer yang tangguh, tetapi juga seorang negarawan yang visioner. Dia merumuskan visi dan misi untuk Maluku yang merdeka dan sejahtera.
Perlawanan Pattimura merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pattimura bukan hanya seorang pahlawan nasional, tetapi juga simbol perlawanan rakyat Maluku dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berjuang demi kemajuan bangsa dan negara.
Dengan memahami sejarah dan nilai-nilai luhur Pattimura, kita dapat membangun bangsa Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera.