Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ritual Tiga Tahunan Ngayu-ayu di Masyarakat Sasak untuk Merawat Tanah Sembalun

Ia menuturkan, ritual ngayu-ayu ini dulu biasa dilakukan para leluhur untuk memutus mata rantai hama padi beras merah.

17 Juli 2022 | 22.53 WIB

Suasana Ngayu Ayu di Sembalun Lombok Timur. Foto Badan Promosi Pariwisata Lombok Timur
Perbesar
Suasana Ngayu Ayu di Sembalun Lombok Timur. Foto Badan Promosi Pariwisata Lombok Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mataram - Tradisi tiga tahunan ngayu-ayu di lembah Gunung Rinjani kembali digelar di Bale Adat Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Acara yang berlangsung selama dua hari pada Rabu dan Kami, 13-14 Juli 2022 ini dihadiri para pemuka adat suku Sasak dan tamu para sultan se-Nusantara bahkan dari Malaysia dan Belgia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ketua Badan Pelaksana Majelis Adat Sasak Lalu Bayu Windya menjelaskan kepada Tempo, tradisi Ngayu-ayu merupakan ritual yang digelar tiap tiga tahunan. Istilah Ngayu-ayu diambil dari kata dasar ayu dalam Bahasa Sasak, yang berarti baik. ‘’Ritual ini merupakan perayaan berbaik-baik, bersukacita sekaligus momentum untuk berkontemplasi setelah tiga tahun masa mengolah tanah,’’ kata Lalu Bayu Windya, Ahad 17 Juli 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun lalu. Ia menuturkan, ritual ini dulu biasa dilakukan para leluhur untuk memutus mata rantai hama padi beras merah. Hama yang menyerang beras merah mendapatkan obat berupa air murni dan kulit kerbau yang dikurbankan.

Dua bahan itu kemudian dibagi-bagi kepada setiap warga untuk dituang dan dibakar di sawah yang terkena hama. Ia mengakui, bahan-bahan itu sebagai obat pemberantas hama memang membutuhkan riset mendalam. ‘’Namun sejauh ini ritual tersebut dengan segala pirantinya terbukti berhasil menjaga hasil panen tetap bagus di sana,’’ ujarnya.

Salah satu bahan yakni air murni itu, diambil dari tujuh mata air dengan ritual puji - pujian kepada Allah SWT. Air selanjutnya disemayamkan di tempat yang khusus disediakan untuk itu, sebuah bangunan semi terbuka, bertiang enam, yang disebut sekenem. Sepanjang malam, air dibacakan doa-doa dan dilantunkan tembang. Dari sini air diarak menuju tempat acara. Sepanjang hari itu, warga desa bersukacita.

Berbagai tari tradisi ditampilkan mulai dari Genggeruk, Tapel Adam, Tandang Mendet. Selanjutnya seekor kerbau disiapkan untuk dikurbankan. Setelah disembelih, kepalanya dipersembahkan kepada tanah untuk ditanam dan kulitnya akan dibagikan ke seluruh warga petani.

Bayu Windya menuturkan, ritual ini digelar berdasarkan kebersamaan dan persatuan. Leluhur orang Lombok sangat mengerti bahwa hanya persatuan yang akan menyelamatkan kehidupan. ‘’Sama dengan Presiden Jokowi.yang kumpulkan mata air dari 34 prov dari se-Indonesia di IKN beberapa waktu lalu,’’ katanya.  

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Lombok Timur Muhammad Nursandi menyebutkan, kegiatan ini berbarengan dengan acara Konferensi Teo Ekologi dan Gawe Adat Agung. Pada hari pertama konferensi, dimulai dengan Upacara Mendakin, penjemputan tamu Agung di Gumi Sembalun Bale Adat Sembalun Bumbung. Setelah itu dilakukan peletakan batu pertama Sekolah Kebudayaan Sembalun oleh Bupati Lombok Timur M. Sukiman Azmy.

Sukiman Azmy mengatakan masyarakat Sembalun berkomitmen untuk merawat tradisi leluhurnya. ‘’Ini bukti bahwa masyarakat masih merawat adat istiadatnya,’’ katanya. Ia menilai, tradisi Ngayu-ayu ini  menguatkan hubungan manusia dengan alam dan penciptanya.

Bagi pariwisata, kata Sukiman, tradisi Ngayu-ayu ini bisa memberikan dampak positif. Wisatawan tertarik berkunjung ke Sembalun. ‘’Kami berharap tradisi ini bisa menjadi benteng penjaga keseimbangan di kawasan geopark," ujarnya.

SUPRIYANTHO KHAFID

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus