Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Binatang rusa banyak terdapat di Papua dan menjadi hewan buruan di sana. Kendati populasi rusa cukup banyak di Papua, peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan rusa bukan binatang endemik Papua. Rusa yang ada di Papua adalah rusa timor atau Cervus timorensis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rusa timorensis merupakan jenis rusa tropis dengan bobot 40 sampai 120 kilogram dengan tinggi 91 hingga 102 sentimeter. Rusa timorensis betina pada umumnya bunting selama delapan bulan, dengan jumlah kelahiran satu ekor anak. Penyapihan oleh induk rusa pada anak rusa pada umur 6 sampai 8 bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rusa timorensis dewasa siap bereproduksi pada umur 18 sampai 24 bulan. Rusa timorensis dapat hidup hingga 15 - 20 tahun. Rusa timorensis memiliki bulu coklat dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Rusa jantan berukuran lebih besar daripada rusa betina.
Rusa jantan mempunyai tanduk atau ranggah bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak rusa jantan umur 8 bulan. Rusa jantan dewasa memiliki ranggah tiga ujung runcing. Rusa timorensis memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Rusa timorensis memakan rumput, perdu, dedaunan muda, dan buah-buahan yang jatuh.
Rusa timorensis pada habitat liarnya hidup berkelompok, beraktivitas pada siang hari (diurnal) atau pada malam hari (nokturnal). Saat mencari makan, rusa timorensis kerap mencari sumber mineral alami, baik di kubangan lumpur atau kubangan air di tepi pantai.
Rusa yang diburu oleh masyarakat Papua diolah menjadi berbagai sajian kuliner. Salah satu oleh-oleh khas dari Merauke, Papua adalah dendeng rusa. Ada pula daging rusa yang diolah menjadi bakso. Namanya ya bakso rusa. Sebab itu Merauke dikenal juga sebagai Kota Rusa.
Pada tahun 2009, harga satu kilorgram daging rusa sekitar Rp 30 ribu. Menurut Hari Suroto, saat ini masyarakat Papua, khususnya Merauke sampai mendatangkan alias impor daging rusa dari Papua Nugini. Kini harga daging rusa mencapai Rp 120 ribu per kilogram. Adapun dendeng rusa dijual Rp 150 ribu per 500 gram.
Jika rusa bukan hewan endemik Papua, lantas bagaimana rusa bisa sampai ke sana? Adalah Belanda yang pertama kali mendatangkan rusa ke Papua pada 1928. Pada masa itu, pamor rusa sedang bagus. Rusa adalah hewan peliharaan yang lazim berkeliaran di halaman rumah pegawai Belanda dan guru.
Dalam perkembangannya, rusa berkembang biak dengan pesat. Pemerintah Kolonial Belanda kemudian melepaskan rusa ke savana di sekitar Kota Merauke. Kawanan rusa mampu beradaptasi dengan baik di sana dan populasinya kian bertambah.
Akhirnya Belanda membolehkan rusa untuk diburu secara terbatas. Aturannya, rusa hanya boleh diburu satu tahun sekali, yaitu pada bulan Desember menjelang Natal. Rusa yang boleh diburu adalah rusa tua dan tidak produktif.
Bermula dari Merauke, satwa rusa kemudian berkembang luas ke seluruh wilayah Papua, terutama di savana dan hutan yang pohonnya tidak terlalu rapat. Populasi rusa yang cepat ini juga lantaran tidak ada karnivora besar seperti harimau sebagai pemangsa. Satu-satunya karnivora di Papua adalah quoll, itupun hanya sebesar tikus rumah.
Selain ke Merauke, Pemerintah Kolonial Belanda juga mengirimkan rusa Cervus timorensis ke Papua Nugini pada 1900, ke Australia tahun 1868 hingga 1912, dan Selandia Baru pada 1907. Rusa dapat dipelihara seperti kambing dan sapi.