Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tawuran Manggarai, Jakarta Selatan, telah terjadi selama bertahun-tahun. Berbagai faktor ditengarai menjadi pemicu bagi kelompok-kelompok warga di sana untuk saling serang. Teranyar, adalah terungkapnya dugaan modus peredaran narkoba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Psikolog dan ahli forensik Reza Indragiri mengungkap dugaan itu diketahuinya dari sejumlah tokoh masyarakat Manggarai. Tapi bukan hanya faktor kurir dan para bandar narkoba di balik tawuran Manggarai. Faktor paling mendasar, kata dia, adalah kemiskinan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Level paling dasar adalah kemiskinan, tata wilayah yang buruk, dan faktor-faktor lain yang biasanya menjadi sasaran kerja preventif kepolisian," ujar Indra kepada Tempo, Jumat, 20 September 2019.
Level menengah, Indra melanjutkan, adalah kerawanan sosial yang terbentuk dari dinamika in-group out-group. "kami-mereka dan sejenisnya," katanya sambil menambahkan aparat keamanan dan tokoh masyarakat perlu mencegah dinamika ini. "Misalnya dengan membangun pagar, mendirikan pos polisi, dan lain-lain," kata dia.
Sedang narkoba disebutnya sebagai level puncak. Cara menanganinya, menurut dia, tidak ada cara selain, "Ringkus para bandar dan pengedar!"
Pekerja sosial di Manggarai, Sunarto, menuturkan lebih spesifik bahwa tawuran di daerah itu dipicu perebutan lahan. Selain kebencian antara warga yang sudah tertanam selama menahun dan indikasi pengalihan masuknya narkoba tersebut.
Rekaman tawuran warga di rel Stasiun Manggarai. Twitter.com/@Suparjohy
Menurut dia, gesekan yang terjadi melibatkan banyak kelompok warga. Masing-masing kelompok memiliki musuh bebuyutan hingga kerap bentrok. "Contohnya, warga Manggarai dengan Menteng Tenggulun dan warga Menteng Sukabumi dengan warga Pasar Rumput," kata dia.
Untuk mengatasi doktrin musuh bebuyutan antara kelompok warga yang memicu tawuran, Sunarto menekankan pentingnya bantuan sosial berupa penyelenggaraan kegiatan positif dan produktif untuk warga secara konsisten. Khususnya untuk warga usia di bawah 18 tahun agar tak ikut terbentuk kebencian.
"Kalau yang sudah umur dewasa, permusuhannya sudah abadi. Kita sasar yang belum terjangkit," ujar Sunarto.
Tawuran Manggarai terakhir kali pecah pada 4 September 2019. Warga saling serang di atas rel hingga mengganggu perjalanan KRL commuterline. Dua hari berselang, polisi menangkap tersangka kurir sabu berinisial AR di bawah flyover di kawasan Tebet. Lokasi penangkapan AR memang tidak jauh dari titik tawuran berlangsung.