Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Hukum

Berita Tempo Plus

Delapan Belas Tahun Menunggu Negara

Ratusan korban terorisme belum menerima uang kompensasi dari negara. Pengajuan permohonan dibatasi hingga Juni tahun depan.

17 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Lahan kosong bekas Sari Club yang hancur lebur akibat bom Bali I, 15 Oktober 2020./TEMPO/ Made Argawa
Perbesar
Lahan kosong bekas Sari Club yang hancur lebur akibat bom Bali I, 15 Oktober 2020./TEMPO/ Made Argawa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sebagian penyintas terorisme tak menerima bantuan pemerintah sejak awal perawatan.

  • Korban rata-rata kehilangan pekerjaan setelah menjadi korban terorisme.

  • Berjuang untuk mendapatkan kompensasi sejak belasan tahun lalu.

TELEVISI, gelas, dan piring bertumpuk di kamar kos seluas 4 x 6 meter yang dihuni keluarga Bambang Jatmiko. Kasur dan peralatan dapur berimpitan di dekat kamar mandi. Kasur dan sejumlah perabot menjejali ruangan. Bambang meletakkan tumpukan baju bersih di kursi depan kamar. “Saya enggak punya uang untuk menyewa rumah kontrakan yang lebih luas,” kata Bambang pada Kamis, 15 Oktober lalu.

Bambang, 54 tahun, bersama istri dan ketiga anaknya mendiami kamar kos di kawasan Tegal Terta, Denpasar, Bali, itu sejak beberapa tahun lalu. Harga sewanya Rp 1 juta per bulan. Ia menjadi pengemudi ojek berbasis aplikasi untuk membiayai hidup. Istrinya berjualan nasi di depan kamar kos. Penghasilan Bambang hanya Rp 75 ribu per hari. “Untuk bayar uang sekolah anak saya yang SMA juga sudah tidak ada lagi,” ujarnya.

Hidup Bambang berubah sejak bom meledak di depan Sari Club, Jalan Legian, Kuta, Bali. Sebelumnya, profesinya cukup mentereng: asisten manajer merangkap bartender di Sari Club. Gajinya mencapai Rp 2,7 juta per bulan kala itu. Ada lagi tambahan dari tip pemberian para pengunjung. Dari penghasilannya, ia mampu menyewa rumah di kota dan membeli tanah seluas 400 meter persegi di Jembrana.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mustafa Silalahi

Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini bergabung dengan Tempo sejak akhir 2005. Banyak menulis isu kriminal dan hukum, serta terlibat dalam sejumlah proyek investigasi. Meraih penghargaan Liputan Investigasi Adiwarta 2012, Adinegoro 2013, serta Liputan Investigasi Anti-Korupsi Jurnalistik Award 2016 dan 2017.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus