Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku pembunuhan gay di Cawang, Petrus Paulus Aulubun, 21 tahun, menghabisi nyawa Ali Rahman, 34 tahun, di gang sempit di belakang Universitas Kristen Indonesia (UKI), Cawang, Jakarta Timur. Lokasi pembunuhan itu berada antara Jalan Ja'ani Nasir dan Jalan Mujaer.
Menurut warga di sekitar lokasi, Bariah, lokasi pembunuhan ini memang rawan. Gang sempit sekitar satu meter yang gelap itu sering dijadikan tempat kejahatan. "Karena memang sepi. Tukang sayur pernah ditodong di sini," ujarnya kepada Tempo, Kamis, 19 April 2018.
Dalam pantauan Tempo, lokasi kejadian sepi dan jarang dilalui orang. Gang ini hanya akses memotong jalan untuk pejalan kaki saja.
Baca: Pelaku Pembunuhan Gay Cawang Menolak Berhubungan Badan
Ali ditemukan tewas di lokasi kejadian pada Senin, 16 April 2018, pukul 19.00. Korban pembunuhan yang, menurut polisi, adalah penyuka sesama jenis atau gay ini, ditemukan dalam kondisi bersimbah darah dengan luka akibat senjata tajam.
Pada saat kejadian, Bariah, tak mengetahui ada pembunuhan di gang sempit itu. Nenek 70 tahun ini baru mengetahui ada pembunuhan setelah mendengar suara ribut di luar. "Saya lagi di rumah, dengar ramai orang langsung keluar melihat korban sekitar pukul 19.00," katanya.
Menurut Bariah, dia sama sekali tak mendengar ada suara teriakan saat pembunuhan itu terjadi. Warga yang tinggal di Gang Kober, tak jauh dari lokasi ini, mengaku sempat melewati lokasi sesaat sebelum kejadian. "Sebelum magrib memang saya ada lewat," ucapnya.
Polisi menangkap Petrus pada Selasa, 17 April 2018, pukul 06.45. Pelaku ditangkap di rumah kontrakan kakaknya, di Wisma Pondok Anugerah Group, Sukadami, Cikarang Selatan.
Pelaku pembunuhan gay itu, menghabisi nyawa Ali karena sakit hati kepada korban. Hal itu disebabkan Ali berulang kali meminta Petrus berhubungan seks dengannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Catatan Koreksi: Berita ini diperbaiki redaksi pada Kamis 19 April 2018 dengan mengurangi pengulangan kata 'gay' di tubuh berita agar tidak ada kesan diskriminasi dan/atau melekatkan stigma pada kaum minoritas seperti LGBTQ. Redaksi mohon maaf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini