Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

TPNPB Mengaku Sudah Sering Beli Senjata dari Militer Indonesia di Black Market

TPNPB mengatakan untuk memperoleh senjata mereka terhubung dengan jaringan militer di Indonesia.

9 Maret 2025 | 05.54 WIB

Pasukan TPNPB-OPM menyiapkan prosesi pembakaran mayat Detius Kogoya, personil Komando Daerah Pertahanan (Kodap) VIII Intan Jaya. Detius tewas setelah baku tembak dalam penyerangan di Kampung Madi, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, pada 21 dan 22 Mei 2024. Dalam penyerangan itu kelompok bersenjata ini membakar 12 bilik kios dan sejumlah bangunan sekolah. Dok. Istimewa
Perbesar
Pasukan TPNPB-OPM menyiapkan prosesi pembakaran mayat Detius Kogoya, personil Komando Daerah Pertahanan (Kodap) VIII Intan Jaya. Detius tewas setelah baku tembak dalam penyerangan di Kampung Madi, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, pada 21 dan 22 Mei 2024. Dalam penyerangan itu kelompok bersenjata ini membakar 12 bilik kios dan sejumlah bangunan sekolah. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom mengatakan senjata api yang disita Polda Papua dipesan dari pihak militer Indonesia. Sebelumnya, polisi menyita enam pucuk senjata api pabrikan PT Pindad dari tangan Yuni Enumbi, 29 tahun, di Kabupaten Keerom, pada Kamis, 6 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kami memperoleh senjata dari militer Indonesia, dan ini wajar. Sudan sering terjadi dan merupakan bagian dari usaha TPNPB untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua,” kata Sebby melalui pesan suara yang diterima Tempo, Sabtu, 8 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebby mengatakan selama ini praktik jual beli senjata di Papua memang melibatkan pihak militer Indonesia.

“Itulah namanya black market. Dalam perjuangan ini, kami terhubung dengan jaringan di militer Indonesia untuk menyuplai senjata. Tentara dan polisi butuh uang, kami butuh senjata,” kata Sebby.

Dia mengatakan, selain suplai senjata dari militer Indonesia, dukungan juga datang dari orang asli Papua yang berdinas di institusi militer dan kepolisian. 

Hal ini, misalnya, dilakukan oleh Yuni Enumbi, mantan anggota TNI yang pernah berdinas di Kodam Kasuari. Dia dipecat karena membantu distribusi senjata kepada TPNPB-OPM pada 2022.

Yuni Enumbi kemudian ditangkap saat akan membawa senjata buatan PT Pindad dari Jayapura ke Wamena melalui jalur darat.  “Pelaku mendapatkan suplai senjata api tersebut dari Surabaya dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,3 miliar,” ujar Patrige melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 8 Maret 2025.

Polisi menyita dua pucuk senjata laras panjang jenis SS1 VI dalam kondisi belum terangkai, empat senjata api pendek jenis G2 Pindad, 5 buah magazine, 882 butir amunisi berbagai kaliber dan satu pucuk senapan angin.

Nandito Putra

Lulus dari jurusan Hukum Tata Negara UIN Imam Bonjol Padang pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus