Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Indonesia Matangkan Strategi Perdagangan Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Dalam Konferensi Internasional Perdagangan ke-3, Kementerian Perdagangan terus mematangkan strategi perdagangan untuk menghadapi perubahan dan ketidakpastian ekonomi.

5 September 2019 | 17.52 WIB

Indonesia Matangkan Strategi Perdagangan Hadapi Tantangan Ekonomi Global.
Perbesar
Indonesia Matangkan Strategi Perdagangan Hadapi Tantangan Ekonomi Global.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL — Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, Kementerian Perdagangan terus mematangkan strategi perdagangan untuk menghadapi perubahan dan ketidakpastian ekonomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Seiring dengan tantangan dan ketidakpastian ekonomi global, diperlukan strategi perdagangan yang matang untuk mempertahankan lingkungan perdagangan yang kondusif. Untuk itu, Kemendag akan mengkaji lebih dalam masalah dan tantangan yang dihadapi saat ini,” ujar Mendag saat membuka Konferensi Internasional Perdagangan (The International Conference on Trade/The ICOT) ketiga di Jakarta, Rabu, 4 September.  Konferensi ini mengangkat tema “Indonesia’s Export Strategies In the Changing Global Trade Environment”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mendag mengatakan, saat ini perdagangan global menghadapi dua tantangan besar. Pertama, meningkatnya antiglobalisasi, banyak negara mengadopsi langkah-langkah pembatasan impor. Kedua, melemahnya sistem multilateral. Hingga Desember tahun ini, Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (DSB WTO) hanya memiliki satu anggota. Artinya, perdagangan di dunia yang akan tumbuh hanya perdagangan bilateral dan regional serta tindakan pemberian sanksi sepihak,” katanya.

Langkah-langkah strategis reformasi perdagangan dan investasi, yaitu mengutamakan produk olahan bernilai tambah dan memperbaiki manajemen impor, melalui ketersediaan barang modal dan setengah jadi dengan harga yang kompetitif.

Sedangkan, strategi di bidang perdagangan internasional, yaitu menetapkan perjanjian perdagangan dengan mitra dagang utama, memperluas ekspor ke pasar nontradisional, mengintensifkan promosi perdagangan melalui pameran perdagangan dan penjajakan kesepakatan dagang (business matching), meningkatkan pelayanan ekspor, serta mengembangkan iklim perdagangan yang kondusif. Selain itu, Indonesia akan meningkatkan kerja sama multilateral, seperti ASEAN-RCEP,” kata Mendag.

Tahun ini, Indonesia menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 8 persen atau meningkat dari USD 162,8 miliar pada 2018 menjadi USD 175,8 miliar pada 2019. Untuk itu, pemerintah terus berupaya mendorong ekspor enam sektor utama, yaitu furnitur dan produk kayu, makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, produk otomotif, produk elektronik, serta produk kimia dengan tetap mempromosikan seluruh industri di Indonesia.

Mendag mengungkapkan, kolaborasi dan kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha seperti konferensi internasional ini dapat menjadi bagian pengembangan sumber daya manusia, khususnya di bidang perdagangan. “Diharapkan konferensi ini akan membawa pemahaman dan mendorong ide-ide baru sebagai tanggapan dan strategi dalam menghadapi perubahan lingkungan perdagangan global,” kata Mendag.

Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kasan, ICOT 2019 juga memberikan peluang berharga bagi akademisi, pelaku bisnis, dan pembuat keputusan untuk berbagi pengalaman. "Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat merumuskan rekomendasi kebijakan untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih baik," ujarnya.

ICOT 2019 dihadiri 250 peserta dari kalangan akademisi, peneliti, pelaku bisnis, dan instansi pemerintah dan lembaga terkait lainnya. Mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menjadi pembicara utama. Narasumber lainnya, yaitu Kepala Peneliti Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) Fukunari Kimura, Kepala Pusat Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global Universitas Indonesia Mohamad Dian Revindo, serta peneliti senior Australia Christopher Findlay.

Forum ini juga menggelar presentasi 44 makalah yang lolos uji dewan juri. Peserta makalah berasal dari sembilan provinsi di Indonesia serta dari India, Jerman, dan Inggris. "Pada tahun ketiga pelaksanaan ICOT, antusiasme peserta yang mendaftarkan makalahnya semakin besar. Tahun ini, Kemendag menerima 128 makalah, sementara tahun sebelumnya hanya 69 makalah. Peserta berasal dari sektor pemerintah, pelaku bisnis, serta para ahli di bidang perdagangan," ujar Kasan.

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus