Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Unilever Indonesia Bersama FeminisThemis Gaungkan Pemenuhan Hak Sipil Bagi Penyandang Disabilitas

Menyambut Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan "FeminisThemis Academy 2024" sebagai program edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya pada disabilitas tuli, yang didukung penuh oleh Komisi Nasional (Komnas) Disabilitas RI dan Unilever Indonesia.

29 Mei 2024 | 17.49 WIB

Unilever Indonesia Bersama FeminisThemis Gaungkan Pemenuhan Hak Sipil Bagi Penyandang Disabilitas
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL – Menyambut Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan “FeminisThemis Academy 2024” sebagai program edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya pada disabilitas tuli, yang didukung penuh oleh Komisi Nasional (Komnas) Disabilitas RI dan Unilever Indonesia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Peluncuran progam ini ditandai dengan diskusi bertema “Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli” untuk mendorong kolaborasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu keadilan sosial bagi perempuan tuli sekaligus mendukung hak mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perayaan Hari Lahir Pancasila menjadi momentum pengingat bahwa semua warga negara memiliki hak asasi untuk mendapatkan keadilan sosial, baik dalam kesetaraan, kesejahteraan, dan perlindungan. Sayangnya, hal ini belum sepenuhnya terwujud di tengah masyarakat, terutama bagi para penyandang disabilitas.

Ketua Komnas Disabilitas RI, Dante Rigmalia mengatakan, pihaknya sebagai lembaga negara non-struktural selalu melakukan pemantauan, evaluasi serta advokasi sebagai upaya penghormatan dan perlindungan untuk pemenuhan hak penyandang disabilitas.

“Tentu kita perlu saling bekerja bersama dalam memenuhi hak mereka. Kolaborasi semua pihak termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas ini menjadi hal yang sangat penting,” ujarnya.

Pada Laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas, Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, memaparkan sejumlah variabel seperti hak sipil termasuk hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi ataupun berpendapat, serta hak sosial antara lain hak atas kesehatan dan pendidikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tantangan ini secara nyata dirasakan teman-teman penyandang disabilitas, mereka kerap mengalami diskriminasi, ketidakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya,” katanya.

Sebagai contoh, dalam hal diskriminasi gender, penyandang disabilitas perempuan lebih rentan mengalami hal seperti ini. Komnas Perempuan melaporkan di tahun 2023, terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas. 33 di antaranya dialami penyandang disabilitas sensorik termasuk perempuan tuli. Selain itu, Yayasan SAPDA melalui catatan tahunan akhir Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022 melaporkan 81 KBGD sepanjang tahun. Dimana perempuan tuli adalah penyintas terbanyak yaitu 31 kasus dan disusul oleh penyandang disabilitas mental sebanyak 22 kasus.

Kondisi ini mendorong Nissi Taruli Felicia dan teman-temannya untuk mendirikan komunitas FeminisThemis sejak 2021 dengan misi menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu tuli agar mampu melawan ketidakadilan serta memperjuangkan kesetaraan gender.

Sebagai perempuan tuli yang aktif memberikan advokasi dan edukasi mengenai isu-isu gender, Nissi selaku Co-Founder dan Direktur Eksekutif FeminisThemis memaparkan berbagai tantangan yang masih dihadapi  perempuan tuli adalah tidak terpenuhinya hak bahasa isyarat sehingga mereka jadi terbatas untuk berkomunikasi, berekspresi, mengakses informasi, layanan, hingga keadilan. Ini berakibat pada keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi seperti mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi. 

“Yang tak kalah menantang, ada pula kecenderungan victim blaming dimana banyak masyarakat masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual sehingga membuat penyintas lainnya memilih untuk diam.”

”FeminisThemis Academy” hadir sebagai forum edukasi yang bertujuan meningkatkan literasi kesadaran diri dan kesetaraan gender untuk mencegah kekerasan seksual yang kerap menimpa perempuan tuli. Program ini mendapat dukungan penuh dari Unilever Indonesia.

Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, Kristy Nelwan mengatakan, kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis berlandaskan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. 

“Terlebih lagi, tujuan dari penyelenggaraan program ‘FeminisThemis Academy’ juga sangat sejalan dengan tiga fokus equity, diversity & inclusion yang kami jalankan, yaitu: keadilan gender, keadilan untuk penyandang disabilitas dan penghapusan diskriminasi dan stigma,” ujarnya.

Kata Kristy, dalam hal mewujudkan keadilan dan menghapus diskriminasi maupun stigma bagi penyandang disabilitas, Unilever Indonesia menjalankan serangkaian kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya komunitas FeminisThemis sebagai salah satu pemenang program “Every U Does Good Heroes 2021”. 

“Sebelumnya, Nissi telah menghadirkan kelas bahasa isyarat bagi karyawan Unilever Indonesia dan memberikan berbagai masukan bagi perusahaan untuk terus mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Kami sangat bersemangat melanjutkan kolaborasi, dan berharap program ini dapat membantu teman-teman perempuan tuli memperoleh hak hidup yang aman, adil, dan setara, serta mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi,” kata dia.

Adapun “FeminisThemis Academy 2024” akan berlangsung selama Juni – September secara hybrid, dan akan ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional pada 23 September. Program ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yakni training of trainers untuk fasilitator tuli, workshop offline di Bandung, Malang, dan Yogyakarta, serta rangkaian webinar.

Program Manager FeminisThemis, Rifka Dyah Safitri menjelaskan, di dalam workshop offline, pihaknya akan menghadirkan berbagai materi seperti pengenalan anatomi tubuh dan organ reproduksi, pengenalan pubertas,  hak kesehatan seksual dan reproduksi dasar, pentingnya consent dan hak batasan tubuh, risiko di ruang digital terkait consent, serta Psychology First Aid atau PFA untuk membantu memulihkan beban atau trauma yang mungkin dirasakan para perempuan tuli. 

“Sementara pada webinar, materi yang diangkat mengenai menjaga data pribadi dalam ruang digital, mitos-fakta di ranah digital terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi, kualitas sanitasi pada kesehatan reproduksi perempuan, pengenalan konsep consent, mengenal victim blaming dan dampaknya, dan lainnnya,” katanya.

Program “FeminisThemis Academy 2024” diharapkan akan melahirkan lebih banyak fasilitator tuli yang mampu memfasilitasi isu-isu hak kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas tuli, memberi manfaat pada setidaknya 300 teman tuli, dan menjangkau 10.000 orang di media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kekerasan seksual serta edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas tuli. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus