Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO METRO - Salah satu tantangan yang dihadapi PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) selaku operator dan layanan distribusi air bersih di wilayah Barat Sungai Ciliwung, Jakarta, adalah soal kebocoran. Kebocoran air bersih perpipaan dapat disebabkan faktor fisik dan komersial. Karenanya, PALYJA berkomitmen untuk tetap fokus menurunkan NRW (Non Revenue Water) atau tingkat kehilangan air.
Komitmen PALYJA untuk mengatasi kebocoran air bersih tidak hanya slogan semata. Hal ini dibuktikan PALYJA dengan terus menekan tingkat kebocoran produksi air dari sejak beroperasi pada tahun 1998 hingga 2015. Berdasarkan data di lapangan, hingga kini, PALYJA mampu menurunkan tingkat kebocoran air, baik fisik maupun komersial, dari 59,4 persen menjadi tinggal 39,3 persen.
Kebocoran yang disebabkan kehilangan komersial mencapai 31 persen, sedangkan karena kehilangan fisik mencapai 69 persen. Kebocoran fisik ini disebabkan kebocoran pipa distribusi sebanyak 49 persen, kebocoran sambungan rumah 11 persen, dan kebocoran pipa primer 9 persen. Sementera, dari sisi tingkat kebocoran non fisik penyebabnya adalah anomali alat meteran 11 persen, kebocoran karena meter tua 8 persen, kesalahan membaca meter 3 persen, serta kebocoran dari sambungan ilegal 9 persen.
Untuk mengatasi kebocoran air bersih ini, ada beberapa langkah telah dilakukan PALYJA. Salah satunya adalah dengan penggantian meter. Pada tahun 2015 PALYJA mengganti meter air sebanyak 11.831 unit untuk mengatasi anomali meter dan 9.097 unit yang memang merupakan meteran tua. Selain itu PALYJA juga telah berhasil menyelesaikan 1.306 kasus penggunaan air ilegal dan 1.298 kasus sambungan ilegal.
Salah satu tujuan orang melakukan kebocoran secara komersial adalah karena ingin menurunkan jumlah air tertagih. Modus tindakan yang dilakukan, yaitu dengan memblok dan merusak meter sehingga mekanismenya tidak bekerja dengan normal. Karena itu Palyja melakukan program penggantian meter untuk menurunkan tingkat kebocoran air. Termasuk di dalamnya adalah meter air yang karena faktor usia kemudian mengalami anomali dalam pembacaan, sehingga jumlah air tidak tertagih tidak sesuai dengan pemakaian.
Selain itu, upaya lainnya adalah merehalibilitasi jaringan pipa sepanjang 13,5 kilometer, serta investasi jaringan dengan metode gas helium 4.864 kilometer, metode JD7 setara 20,3 kilometer serta metode suara correlator 22,9 kilometer untuk pipa primer. Jadi, total perbaikan kebocoran ada sebanyak 28.067 titik. Kamera JD7 berperan penting untuk mendeteksi kebocoran pada pipa distribusi primer yang memiliki diameter besar. Dalam menjalankan fungsinya, kamera JD7 ini dapat merekam segala bentuk indikasi kebocoran berupa audio dan visual dalam jaringan pipa primer sepanjang satu kilometer.
Dalam mengatasi kebocoran air bersih ini, PALYJA menerapkan strategi pengendalian kebocoran secara aktif. Tim operasional penanganan kebocoran dan tim deteksi kebocoran bekerja 24 jam (shift).
Kebocoran air bersih perpipaan menyebabkan terhambatnya kelangsungan layanan air bersih ke pelanggan. Selain mengganggu pasokan air secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, tingginya tingkat kebocoran air ini juga menghambat pengembangan wilayah pelayanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini