Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tubuh itu penuh lebam. Secarik kain merah bercampur lumpur terbelit di leher. Punggung dan belakang tubuhnya telanjang. Wa jahnya terbenam di air keruh. Tubuh itu milik seorang biksu yang pada 27 September lalu masih berbaris di jalan an Rangoon, ibu kota Burma, bersama ribuan biarawan lain. Me reka tu run tanah, berdemo secara da mai, me nyenandungkan ”Metta-Sutta...” (cin ta -kasih).
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo