Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir kerap melanda pemukiman masyarakat di dunia, ditandai dengan tingginya curah hujan, cuaca ekstrim, serta kejadian bencana alam lainnya. Bencana ini semakin tragis karena banyaknya korban jiwa serta kerugian harta dan benda sekaligus kerusakan bangunan.
Baca: Banjir di India, Keluarga Hindu Tolak Dievakuasi Nelayan Kristen
Berikut 5 banjir yang mematikan di dunia sepanjang 2018, dilansir dari Reuters dan Aljzeera.
1. Banjir di Vietnam.
Banjir bandang melanda desa kecil di distrik Lang Chanch, provinsi Thanh Hoa, Vietnam Utara pada Juli 2018 mengakibatkan sedikitnya 20 orang tewas dan lebih dari selusin orang hilang serta puluhan rumah panggung hancur yang diterpa badai Tropis Son Tinh.
Menurut Otoritas Manajemen Bencana Vietnam, sebagian besar banjir dan tanah longsor, menewaskan 88 orang di Vietnam dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Baca: Banjir Bandang di Korea Utara, 76 Orang Tewas
2. Banjir di Jepang.
Hujan deras di Jepang Barat pada Juli lalu menyebabkan bencana cuaca terburuk pada kurun waktu 36 tahun terakhir, memicu banjir dan longsor, sehingga memaksa jutaan orang mengungsi dan puluhan orang hilang. Banjir menewaskan lebih dari 200 orang dan menimbulkan kerusakan.
3. Banjir di Myanmar.
Sebanyak 85 desa di Myanmar terkena banjir yang diakibatkan oleh jebolnya bendungan hidroelektrik pada Agustus lalu. Banjir yang telah menghancurkan jembatan dan menutup akses transportasi ini telah membuat lebih dari 50.000 orang dievakuasi.
Baca: Banjir terburuk abad ini, menewaskan ratusan orang: Separah apa Kerala?
4. Banjir di India.
Banjir bandang pada Agustus 2018 lalu, di picu oleh hujan lebat di Asia Selatan yang telah menewaskan puluhan orang dan lebih dari sejuta orang mengungsi. Banjir yang menewaskan hampir 20 orang ini, menelantarkan sekitar 800.000 orang di negara bagian Assam, Tripura, dan Manipur di India.
Banjir di Kerala, India, telah memakan korban tewas mencapai 357 orang.
5. Banjir di Korea Utara.
Banjir bandang di Korea Utara yang dipicu oleh hujan lebat dimulai semenjak 28 Agustus. Sedikitnya 76 orang tewas dan puluhan orang hilang, ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan lebih dari 800 bangunan termasuk rumah, klinik, dan sekolah hancur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
REUTERS | Al JAZEERA | AQIB SOFWANDI