Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis terkemuka Palestina Ahed Tamimi termasuk di antara 30 tahanan yang dibebaskan oleh Israel pada Kamis pagi, 30 November 2023, sebagai rangkaian kesepakatan gencatan senjata sementara di Gaza antara Israel dan Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan Israel awal bulan ini menangkap Tamimi, yang dianggap sebagai pahlawan di Tepi Barat sejak ia masih remaja, karena dicurigai menghasut kekerasan. Ibunya membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa hal itu didasarkan pada postingan akun palsu di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Layanan Penjara Israel memposting daftar warga Palestina yang dibebaskan pada Kamis pagi ke situs webnya termasuk Tamimi. Seorang pejabat Palestina mengatakan dia dibebaskan setelah dipenjara di Damon, dekat kota Haifa, Israel.
Tamimi, 22 tahun, menjadi terkenal pada 2017 ketika, pada usia 16 tahun, dia menampar seorang tentara Israel yang menyerbu desa Nabi Saleh di Tepi Barat. Dia dan yang lainnya selama bertahun-tahun memprotes perampasan tanah oleh Israel di wilayah tersebut.
Gara-gara menampar tentara tersebut, Tamimi dijatuhi hukuman delapan bulan penjara setelah mengaku bersalah sehingga mendapat pengurangan dakwaan termasuk penyerangan.
Tamimi adalah satu dari ratusan orang di Tepi Barat yang ditangkap ketika kekerasan berkobar di wilayah tersebut akibat perang antara Israel dan militan Hamas yang berkuasa di Gaza. Israel mengatakan penangkapan mereka di Tepi Barat bertujuan untuk menggagalkan serangan.
Berdasarkan gencatan senjata yang diperpanjang untuk kedua kalinya pada Kamis, Israel telah membebaskan warga Palestina dari penjara-penjara mereka sebagai imbalan atas pembebasan Hamas atas 240 sandera yang mereka tangkap selama serangan 7 Oktober di Israel selatan.
Dari keluarga aktivis
Ahed Tamimi berasal dari keluarga aktivis anti-Israel. Ayahnya, Bassem Tamimi, 56 tahun, berkali-kali ditangkap dan ditahan pasukan Israel. Rumahnya di Tepi Barat lebih dari 150 kali digerebek tentara Israel.
Ayah Ahed adalah sepupu Ahlam Tamimi, yang dikenal karena membantu melakukan bom bunuh diri restoran Sbarro di Yerusalem pada 2001.
Menurut Bassem, Tamimi menjadi sasaran ancaman dari pasukan Israel ketika dia dikenali. Untuk melindunginya dari pelecehan, orang tuanya memindahkannya ke rumah kerabatnya di Ramallah sehingga dia tidak harus melewati pos pemeriksaan Israel untuk melanjutkan pendidikan menengahnya
REUTERS