Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Alexanda Kotey, Buka-bukaan Hidup Sebagai Militan ISIS

Alexanda Kotey, militan ISIS yang saat ini ditahan, memohon agar keluarganya boleh pulang ke Inggris.

18 Juni 2019 | 11.00 WIB

 Alexanda Kotey, 35 tahun, meminta maaf atas tindak kejahatan yang telah dilakukannya, namun saat yang sama dia mensyukuri momen yang dihabiskan bersama ISIS. Sumber: Rowan Griffiths \\ Daily Mirror/mirror.co.uk
Perbesar
Alexanda Kotey, 35 tahun, meminta maaf atas tindak kejahatan yang telah dilakukannya, namun saat yang sama dia mensyukuri momen yang dihabiskan bersama ISIS. Sumber: Rowan Griffiths \\ Daily Mirror/mirror.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Militan garis keras Islamic State atau ISIS asal Inggris kembali berteriak memohon agar diizinkan kembali ke negaranya. Alexanda Kotey, 35 tahun, memohon maaf atas tindak kejahatan yang telah dilakukannya, namun saat yang sama dia 'mensyukuri' momen yang dihabiskan bersama ISIS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dikutip dari mirror.co.uk, Selasa, 18 Juni 2019, Kotey saat ini memiliki satu istri dan tiga anak yang masing-masing berusia lima tahun, tiga tahun dan satu tahun. Dia sangat ingin setidaknya keluarganya bisa pulang ke Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menceritakan, selama bergabung dengan ISIS beberapa perempuan dipaksa untuk menjadi pengebom bunuh diri. Namun ada juga perempuan lain yang malah melihat hal ini sebagai sebuah kehormatan.

Dalam sebuah wawancara dengan media di penjara, Kotey pun mengaku pernah menyiksa sejumlah sandera ISIS asal negara-negara barat sebelum akhirnya mereka tewas dengan cara dipenggal kepalanya. Dia mengklaim menyesal bergabung dengan ISIS, namun terkait sejumlah rekaman video saat militan ISIS memenggal kepala sejumlah tahanannya, dia tidak mengutuknya melainkan menjelaskan memang seperti itu lingkungan saat itu.

"Ketika saya melihat algojo bernama John memenggal kepala sandera ISIS dari negara-negara barat, saya menentang tetapi mereka mengatakan tak ada cara lain menangani para sandera ini (selain dipenggal)," kata Kotey.

Alexanda Kotey, 35 tahun, meminta maaf atas tindak kejahatan yang telah dilakukannya, namun saat yang sama dia mensyukuri momen yang dihabiskan bersama ISIS. Sumber: AFP/Getty Images/mirror.co.uk

Selama bersama ISIS, Kotey pun berkawan dengan para algojo ISIS. Namun ketika ditanya apakah dia bersedia jika diminta ISIS memenggal kepala manusia, Kotey kebingungan.

"Sejujurnya saya bingung menjawabnya. Saya tidak bisa mengatakan saya setuju dan saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan dalam situasi itu," kata Kotey.

Kotey menjadi militan ISIS di Suriah setelah melihat sebuah rekaman video ISIS memenggal kepala relawan asal Inggris, Ken Bigley, yang dibunuh di Irak pada 2004. Ketika itu, dia menonton video tersebut di Inggris dan menilai apa yang terlihat dalam vidoe itu sebagai sebuah hiburan.

Dalam wawancara dengan media di dalam penjara, Kotey meminta agar kalimat mensyukuri yang diucapkannya jangan disalah artikan. Sebab saat bersama ISIS, dia bisa menikah dan memiliki keturunan meski saat di Inggris dia pun sudah memiliki anak.

Istri Kotey adalah warga Suriah. Keduanya menikah pada 2013 atau total usia pernikahan mereka enam tahun. Istri Kotey saat ini berada di kota Aleppo.

Kotey ditangkap pada 2017 oleh pasukan SDF di Suriah yang mendapat dukungan dari Barat untuk memerangi ISIS. Dia dibekuk saat sedang mencoba melarikan diri dari utara kota Raqqa ke wilayah Turki.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus