Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Manila - Otoritas Filipina mengatakan ayah dari pemimpin kelompok teroris Maute yang mengepung kota selatan Marawi sejak Mei lalu, meninggal dalam tahanan pemerintah.
Cayamora Maute yang berusia 67 tahun dibawa ke sebuah rumah sakit pada Ahad sore setelah tekanan darahnya meningkat, namun dia meninggal dalam perjalanan.
The Inquirer mengutip kepala Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Eduardo Ano yang mengatakan bahwa kematian Cayamora Maute tidak hanya tragis bagi keluarganya, tetapi juga untuk korban terorisme di Marawi.
"Bagi para korban terorisme di Marawi dan keluarganya yang menanti keadilan, berharap Cayamora dapat menjawab atau menjelaskan keterlibatannya dalam pemberontakan Marawi," kata Ano kepada Inquirer.
Baca: Konflik Marawi, Ayah Maute Bersaudara Ditangkap Polisi Filipina
Cayamora memiliki beberapa penyakit saat dia ditahan pada Juni lalu, termasuk diabetes dan hipertensi.
Keterlibatan Cayamora dalam kelompok tersebut belum jelas, namun ketika dia ditangkap pada 6 Juni lalu, seorang juru bicara militer menyatakan harapannya bahwa dia dapat membujuk anak-anaknya untuk berhenti meneror dan menyerah.
Pendudukan kota Marawi pada 23 Mei lalu oleh kelompok Maute, yang dipimpin oleh dua putra Cayamora yang telah berjanji setia kepada ISIS, memicu pertempuran perkotaan yang brutal dengan militer yang kini telah memasuki bulan keempat.
Lebih dari 700 orang, termasuk 130 tentara, telah terbunuh sejak Maute yang dibantu oleh milisi asing dari Indonesia, Malaysia, dan Timur Tengah, menguasai kota berpenduduk 200.000 orang.
Presiden Rodrigo Duterte telah memperpanjang darurat militer di Mindanao sampai akhir tahun, untuk mendapatkan lebih banyak waktu guna menghancurkan gerakan kelompok Maute.
ASIA CORRESPONDENT | INQUIRER | YON DEMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini