Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bemper manusia di sekitar aoun

Jenderal michel aoun tetap bertahan menjadi pemimpin pemerintahan libanon. residen libanon elias hrawi menahan diri. untuk sementara, perang saudara masih bisa ditahan. israel & syria dibelakangnya.

9 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah hujan lebat, ribuan payung berkembang di seputar istana kepresidenan Libanon di Baabda, Beirut Timur. Di bawah naungan payung itulah, puluhan ribu warga sipil Kristen Maronit, sejak Selasa pekan silam, menjadi "perisai manusia" melindungi pemimpin mereka, Jenderal Michel Aoun. Pangab dan pememimpin pemerintahan sementara Libanon itu tetap tak bersedia hengkang dari istana kepresidenan, walau Elias Hrawi, presiden baru Libanon, Selasa pekan lalu sudah memecat dia dan mengancam akan menggusur paksa dengan kekerasan. Aksi perisai manusia merupakan jawaban atas ancaman Hrawi, yang terpilih Jumat dua pekan silam, dua hari setelah presiden "17 hari" Rene Muawad tewas oleh ledakan bom. Perlindungan semacam itu dibutuhkan mengingat pasukan Syria berada di belakang Hrawi. Kendati Aoun dijaga oleh 15.000 pasukannya yang bersenjata lengkap, dan bakal didukung oleh Milisi Kristen berkekuatan 10.000 orang, jelas mereka bukan tandingan pasukan Damaskus yang menempatkan 40.000 tentaranya di Libanon. Aksi "bemper manusia" itu tampaknya berhasil. Hingga Senin pekan ini ancaman gusur paksa tak kunjung diwujudkan Hrawi. "Saya tak ingin setetes darah pun tumpah di Beirut Timur (wilayah Kristen), Beirut Barat (sektor muslim), atau di lain tempat," ujar Hrawi pada konperensi pers Kamis pekan lalu. Padahal, pasukan Syria secara mencolok sudah menyetel senjata, mengarah ke pasukan Aoun, di sepanjang garis penyangga antara wilayah kekuasaan Aoun dan pasukan Syria. Sabtu pekan lalu, pasukan Damaskus bahkan menambah jumlah roket dan mortir di wilayah kaum Syiah, Beirut Barat. Kelompok militan Syiah Hizbullah yang pro-Iran pun sudah mengosongkan dua barak mereka di distrik Hay Madi dan Sfeir, untuk kepentingan pasukan Damaskus. Milisi muslim lainnya diduga berkekuatan sekitar 10.000 -- juga sudah siaga di belakang Hrawi. Pendeknya, semua sudah siap untuk suatu perang besar. Untunglah, untuk sementara Hrawi tampaknya tak ingin memulai serangan. Ia tahu, sekali picu senapan ditarik, negeri yang telah 14 tahun dikoyak perang saudara ini bakal kembali banjir darah. Selain itu, pemerintah Washington pun mendesak Hrawi agar tidak menggunakan kekerasan. Asisten Menlu AS John Kelly menurut juru bicara Deplu AS, telah mengontak Hrawi Rabu pekan lalu. Kelly menegaskan sikap Washington yang "menolak segenap aksi kekerasan maupun militer". Seperti diketahui, Amerika merupakan salah satu negara yang mengakui kekuasaan Presiden Hrawi. Mungkin karena itu pula, Hrawi akhirnya "menunda keputusan untuk menyingkirkan Aoun dan menunggu perundingan untuk memecahkan krisis secara damai". Sementara itu, para menlu 3 negara anggota Liga Arab -- yang membantu terciptanya perjanjian damai dan menghasilkan terpilihnya presiden Libanon belum lama berselang -- bakal berembuk lagi di Arab Saudi, Ahad pekan ini. Upaya komisi yang beranggotakan Arab Saudi, Maroko, dan Aljazair ini, oleh sejumlah pengamat, diduga bakal sia-sia. Pasalnya, selama masalah bercokolnya pasukan Syria di Libanon tak disinggung-singgung oleh Komisi itu, bentrokan dan silang pendapat antara pihak Kristen dan muslim masih bakal terus terjadi. Seperti diketahui, semula Jenderal Aoun juga mendukung upaya damai Liga Arab. Tapi kemudian berubah menentang, setelah pasal penarikan pasukan Syria tak ada dalam perjanjian itu. Buntutnya, Aoun tak mengakui kekuasaan dua presiden terpilih Libanon, yang dianggapnya "boneka Syria". Kunci damai di Libanon memang berada di tangan Syria. Sulitnya, Syria, yang dulu masuk ke Libanon dengan alasan untuk melindungi kaum muslim dari serangan pihak Kristen Kanan yang didukung Israel, tak mudah diminta pulang kampung. Meski Israel sudah mengatakan akan "bersikap netral", tentu tak begitu saja pihak Syria menelan janji itu. Jadi? Perang itu tampaknya cuma menunggu waktu. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus