Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bila Senjata Makan Tuan

AS menggunakan senjata kimia dalam pemusnahan belukar di vietnam yang mempunyai efek samping kepada manusia. Irak dan Uni Soviet menggunakan senjata kimia dalam menghadapi musuhnya. (ln)

2 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA yang kini berperang menggunakan senjata kimia di berbagai kawasan dunia, beberapa tahun nanti mungkin masih akan menyaksikan bencana, walaupun masa damai sudah dicapai. Pertengahan bulan ini Uni Soviet menjatuhkan lagi bom kimia "pembakar" untuk membendung gerak gerilyawan Afganistan. Tapi, tujuh perusahaan di Amerika Serikat harus menyediakan dana US$ 180 juta - Rp 180 milyar - bagi 40.000 korban yang keracunan agent orange buatan mereka, dalam perang Vietnam yang lalu. Di New Delhi, India, seorang diplomat Barat mengaku menerima laporan tentang bom "pembakar" yang dijatuhkan Rusia di Lembah Panjsher, daerah kaum gerilya yang strategis di utara Kabul, ibu kota Afganistan. Bom itu mengandung campuran kimia yang jenisnya kini sedang diteliti. Tidak jelas apakah bom "pembakar" ini sejenis dengan bom "api cair" yang menurut majalah mingguan Jane sudah dicoba Soviet di Afganistan sejak musim panas tahun lalu. Jenis ini selalu meledak di awang-awang dan menaburkan cairan hitam bagaikan aspal ke bumi. Semburannya mencapai kawasan yang cukup luas. Dan cairan hitam itu dapat tinggal di tanah berbulan-bulan serta dapat membakar jika diinjak. "Kami belum mempcroleh perincian campuran kimia yang di pakainya," ujar staf majalah yang khusus menyajikan masalah pertahanan ini. Rusia menggunakan senjata kimia dalam upaya memerangi gerilyawan Mujahiddin, penentang rezim Babrak Karmal, boneka Moskow, di Afghanistan. Pemakaian senjata kimia dalam perang dilarang oleh Konvensi Jenewa, 1925. Tapi pihak-pihak yang berperang belakangan ini seakan-akan tak mengindahkan ketentuan itu. Selain tentara Soviet di Afghanistan, Irak dalam perang melawan Iran juga dikabarkan menggunakan senjata kimia. Tim penyehdlk yang dikirim PBB ke daerah pertempuran di sana membenarkan tuduhan itu, tapi Baghdad tidak mengakuinya. Berbagai kasus belakangan ini, tulis surat kabar The New York Times, memperlihatkan kepada kita betapa mudahnya racun serangga dipergunakan sebagai senjata pembunuh manusia. TINDAKAN Irak inilah yang mengilhami lima negara Eropa - Belanda, Inggris, Belgia, Denmark, dan Jerman Barat - mensponsori kebijaksanaan pembatasan ekspor bahan kimia yang bisa dipakai untuk senjata kimia, pertengahan April silam. Keputusan yang dibuat di Frankfurt oleh para pejabat perindustrian kelima negara itu sebetulnya lebih lambat sepuluh hari dibandingkan dengan tindakan Amerika Serikat yang menghentikan ekspor bahan baku gas beracun. Kebijaksanaan lima negara Eropa ini akan menjadi kebijaksanaan 10 negara anggota MEE. Namun, kalangan industriawan Inggris mengatakan, apalah artinya pembatasan yang dibuat Eropa dan AS, karena bahan kimia semacam itu dapat diperoleh di mana pun dengan mudah. Tapi pertanggungjawaban atas pemakaian senjata kimia dalam perang dicoba untuk ditegakkan lewat pengadilan di Amerika Serikat. Tujuh perusahaan pembuat agent orange awal Mei lampau menyetujui dana jaminan kesehatan US$ 180 juta bagi 40.000 penggugat, yang dalam perang Vietnam lampau keracunan zat kimia yang dikandung agent orange, yang juga disebut dioksin. Zat ini disemprotkan di atas hutan Vietnam buat memusnahkan belukar, tapi juga menimpa serdadu AS dan orang-orang Vietnam sendiri. Beberapa kasus yang diperlihatkan para veteran perang Indocma itu antara lain kanker hati dan kulit serta gangguan peredaran darah. Ia juga dapat merusakkan keturunan. Michael Ryan, salah seorang dari mereka, harus menyaksikan akibat buruk dioksin itu pada anak perempuannya, Kerry Ryan, 13. Kerry harus senantiasa berada di kursi roda. Tangan kanannya pendek dan jantungnya tak bekerja sempurna. Uang jaminan yang diberikan perusahaan pembuat agent orange agaknya tak berarti apa-apa bagi bocah kecil itu. Ini adalah ekor perang Vietnam satu setengah dasawarsa silam. Dalam dasawarsa mendatang, mana tahu, orang menyaksikan ekor perang yang menggunakan senjata klmia di Afghanistan, atau boleh jadi juga di kawasan Teluk Persia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus