Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Cina Bangun Reaktor Nuklir Mini di Laut Cina Selatan  

Cina sedang membangun pembangkit listrik bertenaga nuklir mini alias terkecil di dunia di Laut Cina Selatan.

12 Oktober 2016 | 16.21 WIB

Foto satelit bagian tengah landasan di pulau Subi Reef, Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan, 8 Januari 2016. Tiongkok membangun pangkalan militer di kepulaun yang measih menjadi sengketa tersebut. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digita
Perbesar
Foto satelit bagian tengah landasan di pulau Subi Reef, Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan, 8 Januari 2016. Tiongkok membangun pangkalan militer di kepulaun yang measih menjadi sengketa tersebut. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Beijing - Cina sedang membangun pembangkit listrik bertenaga nuklir mini alias terkecil di dunia yang digunakan untuk memasok kebutuhan listrik di kepulauan di Laut Cina Selatan. 

Reaktor nuklir dengan ukuran mini itu akan ditempatkan di dalam kontainer pengiriman berukuran sekitar 6,1 meter dan 2,6 meter, tapi mampu menghasilkan 10 megawatt energi, yang jika dikonversi menjadi listrik cukup untuk memasok 50 ribu rumah tangga.

Baca: 
WikiLeaks: Hillary Sebut Saudi dan Qatar Biayai ISIS  
Diplomat Membelot, Korea Utara Hukum Wakil Menteri Luar Negeri
Kelangkaan Wanita Paksa Pria Cina Berburu Istri di Rusia

Pembangkit itu juga diklaim mampu bertahan tanpa perlu mengisi ulang daya selama bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun.

Berdasarkan laporan South China Morning Post, para peneliti dari Chinese Academy of Sciences Institute of Nuclear Energy Safety Technology—sebuah lembaga penelitian nasional di Provinsi Hefei, Anhui—mengatakan mereka akan menjalankan usaha intensif mengembangkan “baterai nuklir portabel” dalam kurun waktu lima tahun. "Pendanaan kami berasal dari militer dan tujuan utama kami adalah teknologi pada akhirnya akan menguntungkan rakyat sipil," kata Profesor Huang Qunying, ilmuwan nuklir yang terlibat dalam penelitian.

Dalam mengembangkan pembangkit listrik bertenaga nuklir itu, para peneliti tersebut terinspirasi dari reaktor yang digunakan angkatan laut Uni Soviet dalam kapal selam nuklirnya pada 1970-an.

Setelah pembangkit nuklir, para peneliti juga berencana membangun 20 reaktor nuklir terapung untuk meningkatkan pasokan listrik dan air ke kepulauan di Laut Cina Selatan. Pembangkit terapung bertujuan memasok listrik ke kepulauan terpencil karena tidak dapat diberikan dari Cina. 

Menurut peneliti lingkungan laut di Samudera University of China, di Qingdao, Provinsi Shandong, jika salah satu reaktor mendapat masalah, limbah radioaktif akan mempengaruhi tidak hanya negara-negara di dekatnya, tapi juga menyebar ke seluruh dunia melalui arus laut yang kuat di kawasan itu.

"Jika bencana nuklir terjadi di Laut Cina Selatan, itu tidak akan berdampak langsung pada orang-orang yang tinggal di daratan karena jaraknya jauh. Namun limbah radioaktif akan memasuki tubuh ikan dan makhluk laut lain dan kemungkinan berakhir di meja makan kita. Arus laut juga bisa membawa limbah ke pantai yang jauh, " ujarnya.

Beijing sudah membangun infrastruktur di kepulauan Laut Cina Selatan yang menjadi rebutan sejumlah negara, yakni Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan. Cina ingin memperkuat cengkeraman di daerah itu setelah pengadilan internasional menolak klaimnya pada hampir seluruh perairan tersebut. 

SOUTH CHINA MORNING POST | CNBC | NDTV | YON DEMA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maria Rita Hasugian

Maria Rita Hasugian

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus