Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Gabriel Attal Siap Mundur dari Jabatan Perdana Menteri Prancis

PM Prancis Gabriel Attal menyatakan siap mundur dari jabatannya, setelah jajak pendapat menunjukkan partai Ensemble berada di urutan kedua dalam pemilu parlemen.

8 Juli 2024 | 14.00 WIB

Perdana Menteri Prancis yang baru diangkat Gabriel Attal menyampaikan pidato saat upacara serah terima dengan Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne (tidak terlihat) di halaman Hotel Matignon, kediaman resmi Perdana Menteri Prancis, di Paris, Prancis, 9 Januari 2024 .REUTERS/Stephanie Lecocq
Perbesar
Perdana Menteri Prancis yang baru diangkat Gabriel Attal menyampaikan pidato saat upacara serah terima dengan Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne (tidak terlihat) di halaman Hotel Matignon, kediaman resmi Perdana Menteri Prancis, di Paris, Prancis, 9 Januari 2024 .REUTERS/Stephanie Lecocq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal menyatakan ia akan menyerahkan surat mengundurkan diri kepada Presiden Emmanuel Macron pada Senin pagi, 8 Juli 2024, waktu setempat, setelah jajak pendapat awal menunjukkan Ensemble, partainya yang berhaluan tengah, bersama sekutu-sekutunya berada di urutan kedua dalam pemilu parlemen.

Menurut para lembaga jajak pendapat terkemuka pada Minggu, 7 Juli 2024, koalisi sayap kiri Front Populer Baru memenangkan kursi terbanyak dalam putaran kedua pemungutan suara pemilu parlemen. Hasil ini menempatkan Front Populer Baru dalam jalur kemenangan tak terduga atas partai nasionalis sayap kanan Barisan Nasional (RN) pimpinan Marine Le Pen, meski tidak mencapai mayoritas mutlak di parlemen.
 
“Sesuai dengan tradisi Republik (Prancis) dan sesuai dengan prinsip saya, besok pagi saya akan mengajukan pengunduran diri saya kepada presiden Republik,” kata Attal pada Ahad, seperti dikutip CNBC.
 
Ensemble dan para sekutunya diproyeksikan memperoleh antara 150 dan 180 kursi, menurut perkiraan lembaga jajak pendapat Institut Opini Publik Prancis (IFOP), dibandingkan dengan perkiraan perolehan suara 180-215 untuk Front Populer Baru. Kedua faksi unggul dari RN yang memenangkan putaran pertama pemungutan suara.
 
Prancis tampak akan terjebak dalam skenario parlemen gantung, yang membagi negara itu menjadi tiga partai yang harus membentuk aliansi demi mendapatkan kendali absolut dalam parlemen.
 
“Saya tahu, mengingat hasil pemilu malam ini, banyak masyarakat Prancis yang merasakan ketidakpastian mengenai masa depan mereka, karena tidak ada mayoritas absolut yang muncul (di parlemen). Negara kita sedang mengalami situasi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Attal.
 
Perdana menteri itu menambahkan bahwa sejak awal kampanye, ia telah diperingatkan akan tiga risiko. Ketiga risiko yang dimaksud adalah risiko mayoritas absolut yang didominasi oleh partai La France insoumise, risiko mayoritas absolut yang didominasi oleh RN, dan “hilangnya gerakan yang mencerminkan ide dan nilai-nilai kita”.
 
“Ketiga risiko ini, hari ini, telah dibuang oleh rakyat Prancis. Malam ini, tidak ada mayoritas absolut yang bisa dipimpin oleh kelompok ekstrem,” ujarnya.
 
REUTERS | CNBC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pilihan editor: Pegi Setiawan Menang Praperadilan, Inilah 9 Amar Putusan Lengkap Hakim PN Bandung

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus