Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Terpilih Joe Biden tidak hanya memilih perempuan pertama untuk memimpin Lembaga Intelijen Nasional, tetapi juga pria latin pertama untuk memimpin Kementerian Keamanan Dalam Negeri. Dikutip dari kantor berita CNN, menjelang pengumuman susunan kabinetnya, Joe Biden telah menunjuk Alejandro Mayorkas sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri (Homeland Security)
Keberadaan Mayorkas di Kabinet Joe Biden diprediksi akan menjadi pemicu perubahan atas kebijakan-kebijakan inkumben Presiden Amerika Donald Trump. Latar belakang imigran dan Latin-nya akan menjadi faktor dalam menentukan bagaimana kebijakan imigrasi Donald Trump akan diperlakukan.
"Dia (Alejando Mayorkas) adalah pilihan bersejarah dan berpengalaman untuk lembaga yang sangat membutuhkan reformasi," ujar mantan Menteri Perumahan dan Pembangunan Urban, Julian Casto, dikutip dari CNN, Selasa, 24 November 2020.
Castro tidak salah. Mayorkas memiliki pengalaman panjang dalam menangani masalah imigrasi. Selain dirinya pernah menjadi Deputi Sekretaris di Homeland Security, dia juga salah satu penyusun kebijakan DACA di bawah pemerintah mantan Presiden Barack Obama.
DACA (Deferred Action of Childhood Arrivals) adalah kebijakan yang memperbolehkan imigran gelap untuk hidup, bekerja, dan belajar di Amerika selama dua tahun. Tujuannya, agar mereka mendapat bekal yang bisa dibawa kembali ketika nantinya dideportasi. Adapun program tersebut dikhususkan untuk mereka yang dibawa masuk ke Amerika secara ilegal ketika masih anak-anak.
Mereka yang menjadi bagian dari kebijakan DACA dikenal sebagai Dreamers. Nah, untuk bisa menjadi Dreamers, para imigran gelap harus dites dan diperiksa dulu rekam jejaknya. Contoh syarat utama menjadi Dreamers adalah tidak memiliki rekam jejak kriminal dan tidak berusia 31 tahun per 15 Juni 2012. Sebagai catatan, DACA tidak menjanjikan izin tinggal permanen.Presiden AS Donald Trump mengendarai mobil golf saat akan bermain golf di Trump National Golf Club di Sterling, Virginia, AS, 22 November 2020. Donald Trump tidak mengikuti hingga selesai Konferensi Tingkat Tinggi G20 dan memilih bermain golf di tengah jadwal pertemuan. REUTERS/Hannah McKay
Inkumben Donald Trump bukanlah pendukung kebijakan tersebut. Ia mencoba mencabutnya di saat sudah ada ratusan ribu orang yang lolos seleksi. Untungnya, oleh Pengadilan Mahkamah Amerika, upaya tersebut diblok pada Juni 2020.
Di luar DACA, Donald Trump dikenal ganas dalam memperlakukan imigran. Ia sangat "selektif", bahkan tidak memberikan izin masuk kepada imigran dengan skill tinggi sekalipun. Jangankan imigran, kebijakan imigrasi di bawah Donald Trump juga kerap menolak perlindungan kepada penyintas dari wilayah konflik seperti Venezuela.
Sebagai gambaran, di tahun fiskal 2020, batas penerimaan penyintas 84 persen lebih rendah dibandingkan periode akhir pemerintahan Barack Obama. Dari 110 ribu, turun menjadi 18 ribu. Per Juli 2020, menurut data Forbes, hanya ada 7848 penyintas yang diperbolehkan masuk ke Amerika.
"Mayorkas sangat pantas untuk membuat kebijakan imigrasi yang lebih ramah, memperbaiki segala kerusakan yang dibuat oleh Donald Trump," ujar Castro.
Joe Biden dalam pernyataannya, mengatakan bahwa orang-orang seperti Mayorkas dan Avril Haines (Direktur Lembaga Intelijen Nasional) akan membuat perangkat pemerintahannya menjunjung diversitas. Namun, ia memastikan bahwa mereka juga orang-orang yang kemampuan dan pengalamannya tak terbantahkan.
"Capaian mereka tidak terbantahkan, namun mereka juga mewakili ide yang tidak bisa kita capai dengan pemikiran lama atau tanpa diversitas," ujar Joe Biden menegaskan.
ISTMAN MP | CNN | FORBES
https://edition.cnn.com/2020/11/23/politics/joe-biden-foreign-policy-national-security-cabinet/index.html
https://www.forbes.com/sites/stuartanderson/2020/08/26/fact-check-and-review-of-trump-immigration-policy/?sh=2e249d056c07
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini