Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kemenangan itu terlalu besar

Terpilih sebagai presiden amerika serikat, menggantikan jimmy carter. rakyat as ternyata ingin melihat perubahan. partai demokrat kehilangan pendukung.

15 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Jimmy Carter sudah menyerah ketika pemilihan di bagian Barat Amerika Serikat masih berlangsung. Dari Washlngton, ia menelepon Ronald Reagan, calon Partai Republik, di Hotel Century Plaza, Los Angeles. Hampir pukul 19.00 waktu Los Angeles, 4 November, Reagan menerima ucapan selamat dari lawannya. Esok harinya, Hotel Century Plaza, markas kampanye Reagan, dibanjiri orang. Seorang pendukung Reagan mengirimkan sebuah kue tart besar warna biru--suatu tanda kemenangan mutlak Partai Republik. Karena tersenggol, kue tersebut hampir jatuh. "Wah, saya pikir dunia akan runtuh justru di saat saya naik," kata Reagan berseloroh. Lalu kepada sekelompok. wartawan ia berkata, mengutip ucapan mendiang Presiden Abraham Lincoln: "Kini persoalan kalian sudah selesai. Sedang bagi saya persoalan baru mulai." Kemenangan gemilang Reagan (lihat tabel)--mengalahkan Carter, calon Partai Demokrat dan John Anderson, calon Independent --memang sudah bisa ditebak jauh sebelum seluruh tempat pemilihan ditutup. Poll pendapat umum koran New York Times dan televisi CBS, misalnya, di akhir kampanye, menunjukkan keunggulan Reagan atas kedua lawannya. Tapi sikap Carter, karena menyerah terlalu dini, tidak disenangi banyak tokoh Demokrat. Tindakannya dinilai mempengaruhi pendapat masyarakat di pantai Barat yang belum melaksanakan hak pilih. Sebab selain memilih presiden, rakyat AS juga harus memilih anggota Senat, House of Representatives (DPR) dan memberikan suara terhadap referendum berbagai masalah yang disertakan dalam pemilihan umum itu. Mungkin karena pengumuman Carter itulah, tahun ini, hanya sekitar 83 juta dari jumlah 160 juta rakyat AS yang berhak memilih melaksanakan hak pilih mereka. Suatu jumlah pemilih terendah sejak 1948. Pemilihan presiden di AS sesungguhnya bukan pemilihan langsung. Apabila para pemilih datang ke tempat pemungutan suara, selain memberikan suara untuk presiden, mereka juga memberikan suara untuk para pemilih presiden (Presiden- tial electors). Jumlah pemilih presiden dari tiap negara bagian sama dengan jumlah perwakilan mereka di Kongres (Congress) --jumlah anggota DPR ditambah dengan dua senator yang mewakill negara bagiannya. California, misalnya, dengan penduduk lebih 23 juta, mempunyai 45 pemilih. Sedang negara bagian berpenduduk sedikit seperti Alaska dan Vermont masing-masing hanya memiliki 3 pemilih. Pemilih ptesiden tahun ini berjumlah 538 orang yang mewakili 50 negara bagian dan Distrik Columbia. Mereka inilah yang sesung- guhnya menetapkan presiden dan wakil presiden dengan memberikan suara para pemilih (electoral votes). Untuk keluar sehagai pemenang, seorang calon presiden dan wakil presiden sedikitnya harus mengantungi 270 suara pemilih. Karena sering terjadi para pemilih presiden (Presidential electors)menyuarakan suara partai, maka suara para pemilih presiden yang tercatat di seluruh AS sering ditafsirkan sebagai suara para pemilih (electoral votes). Reagan, misalnya, yang kini sudah ditafsirkan memperoleh 489 suara pemilih (Republik), dianggap memenangkan pemilihan Sedang Carter mengantungi 49 suara pemilih. Padahal sesungguhnya para pemilih presiden tadi baru akan memberikan suaranya (satu pemilih satu suara, masing-masing untuk presiden dan wakil presiden) pada 15 Desember di ibukota negara bagian masing-masing. Karena sistem pemilihan tidak langsung inilah, calon presiden yang menang dalam suara rakyat (Popular votes), belum tentu memenangkan pemilihan umum. Karena kalah dalam suara para pemilih, seorang calon presiden bisa saja gugur sekalipun menang dalam suara rakyat. Hal tersebut terjadi dua kali dalam sejarah AS. TAHUN 1876 Samuel J. Tilden, calon Demokrat, memenangkan suara rakyat dibanding Rutherford B. Hayes, calon Republik. Tapi setelah pemilih presiden memberikan suara, Hayes ternyata menang dengan mayoritas suara para pemilih. Hayes pun kemudian jadi presiden. Kejadian demikian terulang kembali (tahun 1888) atas Grover Cleveland. Calon Demokrat ini mehang suara ralcyat ketimbang Benjamin Harrison, calon Republik. Namun Harrison berhasil jadi presiden karena memenangkan suara mayoritas para pemilih. Pada 4 November itu, Partai Republik juga memenangkan pemilihan Senat,meng- akhiri mayoritas Partai Demokrat selama 25 tahun. Banyak tokoh Senat kawakan berhaluan liberal, umumnva mewakili negara bagian pantai Barat, terjungkal. Di antaranya: George McGovern, Brich Bayh, Frank Church, Gaylord Nelson dan Warren Magnuson. Jika Senator Barry Goldwater (Republik) memenangkan pemilihan di Arizona, Partai Republik akan meraih 53 kursi di Senat, dan Demokrat tinggal 47 kursi. Senator Paul Tsongas (Demokrat, Massachusetts) menyebut kekalahan partainya sebagai akibat kesalahan penilaian. "Kami sudah lama berkuasa, sehingga kami kehilangan kontak dengan kenyataan di luar (Senat) sana," katanya. John C. White, Ketua Partai Demokrat, menambahkan "Saya mendapat kesan rakyat mendesak kami agar menilai kembali beberapa posisi yang selama ini kami pertahankan." Dr. Herb Asher, dosen llmu Politik Ohio University mengemukakan pendapat serupa. "Rakyat AS kini ingin melihat perubahan," katanya. "Mereka sudah sumpek merasakan keadaan ekonomi yang makin memburuk." KARENA situasi ekonomi yang kian payah itulah--laju inflasi cenderung naik dan pengangguran makin merajalela--Carter dan Partai Demokrat kehilangan banyak pendukung. Serikat buruh, kelompok masyarakat berpenghasilan kecil, dan golongan hitam di Selatan, yang biasanya merupakan pendukung tradisional kuat Demokrat, berbondong-bondong memberikan suara untuk Reagan dan Partai Republik. Hanya di Georgia (Carter pernah jadi gubernur di sini), Carter dan Partai Demokrat masih memperoleh kemenangan -- mengantungi 12 suara pemilih (electoral votes). Kckalahan Carter kali ini mengingatkan orang pada kekalahan Senator George McGovern (Demokrat) ketika bertanding melawan Richard Nixon (Republik) tahun 1972. Banyak pengamat berpendapat bahwa setelah Partai Republik menguasai Gedung Putih dan Senat, AS cenderung bergerak ke kanan (konservatif). "Secara definisi memang demikian, tapi soalnya tidak semudah itu. Sebab rakyat (memilih Reagan) hanya menginginkan perubahan. Mereka ingrin yang berkuasa (Carter) segera diganti," Kata Dr. Asher lagi. "Yang jelas kemenangan Reagan merupakan tanda-tanda kecenderungan AS ke arah Konservatifisme," ujar Prof. Richard Rollin, ahli sejarah University of Southern California. Dengan Republik menguasai Gedung Putih dan Senat, kini terbuka pula kesempatan Reagan untuk mewujudkan janjinya selama kampanye. Di antaranya, memulihkan kewibawaan AS di dunia internasional, dan menciptakan perdamaian tuntas di Timur Tengah. Sedang di dalam negeri, Reagan harus memulihkan ekonomi AS dengan menekan inflasi (September lalu mencapai 12,7%) dan menanggulangi pengangguran (mencapai 7,5%). Untuk melenyapkan pengangguran, la merencanakan pemotongan pajak pendapatan secara besar-besaran, dengan 10% setahun selama 3 tahun berturut-turut. Langkah tersebut diharapkannya akan mampu merangsang kegiatan industri yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Adalah dengan soal ekonomi tersebut, dalam berbagai kesempatan kampanye, Reagan memukul Presiden Carter. Di sektor itu, pemerintahan Carter sesungguhnya memang lemah. Reagan menuduh bahwa kebijaksanaan Carter menaikkan pajak peru- sahaan telah menyebabkan berbagai industri mengalami kelesuan (slow down) . Karenanya kemudian banyak industri melakukan pengurangan tenaga kerja. Tapi Carter menangkis. Upaya menaikkan pajak itu, katanya, akan merangsang pemasukan ke kas negara. Dalam paket pajak tersebut, pemerintahan Carter merencanakan (tahun 1981) pemasukan sekitar US$ 27,6 milyar (Rp 17 trilyun). Sebaliknya, Carter menuduh bahwa kebijaksanaan pemotongan pajak Reagan tersebut hanya akan menimbulkan malapetaka. Tapi Reagan menjawab bahwa,pernyataan Carter itu tidak benar. Ketika (1974) ia meninggalkan jabatan Gubernur California, menurut Reagan, kas negara bagian itu mengalami surplus US$ ls 54 juta (Rp 350 milyar). "Pendeknya kami telah melaksanakan kebijaksanaan pajak itu dengan berhasil di California," kata Reagan. Dalam perdebatan di Cleveland (28 Oktober) -- diselenggarakan League of Women Voters dan disiarkan seluruh jaringan televisi AS -- Reagan kembali mengulang masalah ekonomi itu untuk memukul Carter. Bahkan ia menuduh melajunya inflasi banyak disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang terlalu besar. Tapi Carter membantah Kenaikan inflasi, katanya, banyak diakibatkan oleh inflasi impor karena harga minyak dunia naik (dua kali tahun ini) dan resesi (kelesuan) ekonomi dunia. Pengeluaran pemerintah federal yang besar, menurut Carter, sering disebabkan hal di luar perencanaan. Membanjirnya pengungsi Kuba ke AS dan meletusnya Gunung st . Helens, misalnya, menyebabkan Carter harus menyediakan dana sekitar US$ 1,8 milyar (Rp 1 trilyun). Beberapa kekeliruan kebijaksanaan di dalam negeri AS sendiri, dalam soal perumahan, pelayanan kesehatan dan sosial, juga telah menyebabkan pemerintah mengeluarkan uang tak sedikit. Tahun fiskal l98O ini, defisit anggaran pemerintahan Carter mcncapai US$ 59 milyar (Rp 37 trilyun). Dalam soal energi, tak bisa dielakkan bahwa pemerintahan Carter masih demikian tergantung pada suplai minyak negara Teluk Persia. Ketika di Iran terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh Ayatullah Khomeini (1978), AS terpuliul cukup telak. Maklum setelah Arab Saudi, sebagian besar kebutuhan minyak AS datang dari Iran. Kini sejak pecah perang Iran-lrak, AS juga waswas bila peperangan itu sampai merembet ke Arab Saudi. Jantung ekonomi AS memang seolah terletak di Teluk Persia. CARTER dalam setiap kampanye mengatakan pemerintahnya akan mengontrol pemakaian bahan bakar minyak dan gas scbagai suatu langkah awal ke arah penyatuan. Bila tindakan itu tercapai, impor minyak AS akan berkurang sebesar 20%. Kebijaksanaan tersebut sungguh bertolak belakang dengan rencana Reagan. Untuk mengurangi impor, ia justru akan merangsang produksi minyak dan gas di dalam negeri, sambil mencari sumber baru, tanpa melupakan langkah konservasi energi. Tentu saja kebijaksanaan energi dan ekonomi Reagan lebih banyak disukai rakyat dan kaum industriawan AS. Betapa pun muluk rencana Carter, rakyat AS sudah kehilangan kepercayaan terhadapnya. Mereka sudah merasakan kepahitan akibat inflasi, antrean bensin, dan pengangguran. Dan di akhir perdebatan, Reagan memberi pukulan menentukan- suatu pesan untuk para pendengarnya -- dengan mengajukan pertanyaan mendasar: "Tanyalah pada diri anda sendiri Apakah anda kini lebih baik dibanding empat tahun lalu? Apakah mudah membeli sesuatu yang anda inginkan? Apakah anda kini merasakan dunia menghormati atau mengabaikan AS?" Menyadari kelemahannya di bidang ekonomi, Carter dalam hari-hari terakhir kampanye mencoba memukul Reagan dari pintu belakang. Ia menuduh Reagan sebagai penghasut perang (warmonger) karerla menolak suatu upaya pembatasan senjata strategis nuklir. Carter juga menuduhnya bersifat sebagai seekor rajawali (hawkish) karena anjurannya untuk selalu menggunakan kekuatan militer dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam perdebatan di Cleveland, Carter mengulangi kembali tuduhan itu.Reagan tentu saja membantah. Pernyataan Carter itu, katanya mengandung ketidakbenaran. "Saya mengatakan, AS hanya akan menggunakan kekuatan militer sebagai upaya terakhir dalam menyelesaikan suatu persoalan," lanjut Reagan. "Saya sudah melewati empat peperangan, saya tak suka perang." Tentang Persetujuan Pembatasan Senjata Strategis (SALT II) dengan Uni Soviet, Reagan berpendapat bahwa kedudukan AS di sana tidak menguntungkan. Bagaimana mungkin, kata Reagan, AS dengan kepala peluru nuklir (Warhead) sedikit, bisa duduk sejajar dengan Soviet yang lebih banyak memiliki kepala peluru nuklir. Tindakan Carter mengurangi anggaran belanja militer, membatalkan pengembangan bom neutron dan menolak produksi pesawat pembom nuklir B-1--semua itu dianggapnya justru merangsang Soviet bersikap agresif. Akibatnya, menurut Reagan, Soviet berani melalap Afghanistan dan merajalela di Afrika. "Mengapa AS ketika itu tidak memblokade Kuba untuk memaksa Soviet keluar dari Afghanistan? "tanya Reagan. Tapi waktu itu AS membalasnya dengan boikot Olympiade Moskow. Karena serbuan Soviet ke Afghanistan itulah, Senat pernah menolak mengesahkan SALT II. Dengan Partai Republik kini mayoritas, Senat diduga akan tetap menolak- nya. Apalagi Reagan menganggap SALT II sudah usang dan perlu diperbarui. Kelak setelah AS memperbaiki kekuatan militer, dengan meningkatkan anggaran belanja, Reagan baru bersedia berunding membicarakan SALT. Kini Reagan akan mewujudkan janjinya: mengembangkan secepat mungkin peluru kendali nuklir jenis MX dan melanjutkan penelitian terhadap bom neutron. Untuk melanjutkan perundingan SALT, demikian Reagen, AS akan mengaitkankannya Dengan sikap agresif Uni Soviet. Reagen mengemukakannya dalam konferensi pers pertama setelah memenangkan pemilihan, di Los Angeles, pekan lalu. Politik saling berkaitan (link-age), suatu teori Menteri Luar Negeri Henry Kissinger, telah dijalankan dengan berhasil pada masa pemerintahan Presiden Nixon dan Ford. Untuk melunakan sikap Soviet. Maka timbul spekulasi bahwa kissinger akan memegang peranan besar lagi. "Dalam membicarakan pembatasan senjata strategis, caranya bukan cuma duduk di meja perundingan saja," kata Reagen. "Tapi yang harus dibicarakan juga menyangkut sikap soviet terhadap dunia." Pernyataan Reagan itu ditanggapi dengan serius di moskow. Perdana menteri Nikolai Thikonov (pengganti Alexei Kosygin) menyatakan Kremlin siap berunding. "Di meja perundingan tak ada suatu masalah internasional yang tak bisa dipecahkan," katanya pada hari ulang tahun ke-63 Revolusi Bolshevik di Moskow. "Uni Soviet siap mencapai saling pengertian untuk mengurangi atau menghambat pengembangan suatu jenis senjata nuklir." Sekalipun demikian, Thikonov, 75 tahun, masih tetap mengecam usaha AS menempatkan peluru kendali jenis cruise dan pershing di berbagai negara Eropa Barat, anggota NATO. Penempatan peluru kendali itu dinilainya justru akan membahayakan perdamaian dunia. "Kami (Soviet) sama sekali tak punya keinginan menjadi kekuatan terkemuka di dunia," katanya. Tapi sementara itu, diam-diam Soviet meningkatkan jumlah peluru kendali berkepala banyak SS-20. Reagen dalam kampanyenya juga mengecam kebijaksanaan Carter mengenai krisis Iran. Ia menyebut Carter memberikan dukungan keliru terhadap Syah Pahlavi. Seharusnya sesudah Washington mengetahui iklim Iran memburuk, demikian Reagen, Carter cepat menarik kembali seluruh staf Kedubes AS di Teheran. Ia juga menyesalkan cara Carter yang terlalu lama menyelesaikan soal sandera. "AS punyaseorang Presiden yang menolak mengakui kekeliruan politik luar negerinya," kata Reagen. Dalam soal politik luar negeri itu, tampak pandangan Reagen yang sangat konservatif. Ia meniadakan harapan PLO untuk memiliki tanah air bila organisasi itu, katanya, masih menjalankan aksi terorisme. Jika Reagen berkuasa empat tahun lalu, bisa dipastikan iklim politik ditimur tengah masih tetap panas. Hal tersebut jelas berbeda dengan sikap Carter, seperti tampak hasilnya kini. Hanya pada masa Carter, rezim Ian Smith (Rhodesia) dan Somoza (Nicaragua) bisa tumbang. Reagen justru akan menghadapi rezim dunia ketiga (seperti Nicaragua) yang cenderung ke kiri. Pandangan konservatif Reagan, sejak awal kampanye, telah mengkhawatirkan RRC. Berkali-kali Reagan menyatakan akan mempererat hubungan dengan RRC tanpa mengorbankan persahabatan AS dengan Taiwan. Politik mengakui dua Cina tersebut jelas tidak disukai Beijing. Rezim RRC kembali mengingatkan AS akan Komunike Shanghai (1979) yang mengakui Taiwan suatu bagian dari Cina dan hanya mengakui satu pemerintahan Cina di Beijing. Kemenangan Reagan memang disambut dingin di RRC. DI California (Reagan pernah jadi gubernur di sana), kemenangan Reagan disambut oleh demonstrasi mahasiswa. Mereka membawa poster yang mengesankan mahasiswa akan segera mengungsi ke Kanada. Di kampus UCLA, demikian wartawan TEMPO Eka Budianta, para mahasiswa mengalungi patung Reagan dan George Bush (Wakil Presiden terpilih) dengan pita hitam. Akibat demonstrasi, polisi telah menahan lebih 50 mahasiswa Berkeley. Kenapa berdemonstrasi? "Pendidikan di California akan berada dalam kesukaran," kata Malinda Walker, Ketua Persatuan Mahasiswa Los Angeles Trade Technical College. "Saya yakin sebentar lagi tak ada sekolah gratis." Tapi para mahasiswa di perguruan tinggi swasta University of Southern California (USC) menyambut gembira kemenangan Reagan tadi. Mahasiswa USC, kebanyakan datang dari keluarga kaya. Bagaimana John Anderson? Muncul sebagai calon Independent, semula sebagai orang Republik, Anderson di hari terakhir kampanye tenggelam dalam suara riuh rendah pendukung Reagan dan Carter. Bahan kampanyenya dinilai tidak populer dan kontroversial Untuk mengurangi ketergantungan AS dari impor minyak, misalnya, ia menganjurkan peningkatan (dua kali lipat) usaha konservasi energi. Dalam usaha itu, Anderson mendukung kebijaksanaan pemerintah federal untuk membatasi kecepatan mobil hingga 90 km/jam. Untuk menekan tingkat konsumsi bahan bakar, ia juga merencanakan semacam pajak konservasi sebesar US$ 0,5 (Rp 315) untuk setiap 4 liter bahan bakar. Karena suara kampanye yang tak populer itu, agaknya, ia tak diajak serta dalam perdebatan di Cleveland. Anderson, yang sering dianggap sombong dan pemarah itu, akhirnya gagal muncul sebagai tokoh kuda hitam. Apa pun reaksi rakyat AS dan dunia Reagan, 20 Januari 1981 pasti akan dilantik sebagai Presiden AS ke-40. Untuk menyiapkan jalan menuju Gedung Putih, Reagan telah membentuk suatu tim peralihan. Beberapa nama terkenal tampak tercantum di situ. Di antaranya Henry Kissinger (bekas Penasihat Keamanan Nasional dan Menteri Luar Negeri), Jenderal Alexander Haig (bekas Panglima NATO di Eropa) dan Senator Henry Jackson (Demokrat, Washington). Richard Allen, penasehat luar negeri Reagan (pernah mundur sebentar karena dituduh kaki tangan perusahaan Jepang), juga duduk dalam tim itu. Jenderal Haig disebut sebagai calon kuat Menteri Pertahanan. Ketika menjabat Panglima NATO, ia dikenal sangat anti kebijaksanaan rniliter Carter dalam menghadapi Soviet. Sedang Senator Jackson (berpandangan Republik), dikenal sangat anti-Moskow, mungkin akan menduduki jabatan Menteri Luar Negeri. Dengan menempatkan kedua orang penganut garis keras pada posisi kunci, maka kuatlah (rajawali) Reagan menghadapi Moskow. Siapa Penasihat Keamanan Nasional? Allen dan Kissinger disebut sebagai calon kuat. Jabatan itu memang sangat penting dalam mekanisme pengambilan keputusan yang sering ditelurkan Dewan Keamanan Nasional (NSC). Adalah Kissinger yang pernah secara terbuka menyatakan dukungannya pada Reagan kctika Partai Republik menyelenggarakan konvensi di Detroit. Dalam pidato rli depan Konvensi itu, ia mengibaratkan Reagan sebagai wakil dari suatu harapan rakyat AS. Kissinger juga kasak-kusuk menganjurkan kepada Reagan agar memilih &erald Ford (bekas Presiden pengganti Nixon) sebagai calon wakil presiden, bila kelak Reagan terpilih sebagai calon presiden. Sebagai imbalannya, Ford meminta Reagan agar mau 'berkorban' dengan menempatkan Kissinger sebagai menteri luar negeri kelak. Waktu itu Reagan menjawab dengan sopan tapi kasar: "Jerry, saya tahu Kissinger adalah suatu kekuatan. Saya akan memakainya tapi bukan sebagai Menteri Luar Negeri. Saya, dan terutama orang-orang saya, tak akan menyetujui jabatan itu diberikan kepadanya." Reagan memang mengakui bahwa dukungan Kissinger selama kampanye, sangat berharga. Tapi Kissinger sendiri ketika ditanya wartawan, tampak tenang-tenang saja. Karena sudah pernah menjadi menteri luar negeri, ia menyatakan tak menyukai jabatan itu. "Tapi bila toh ditawari, sangat sombong bagi saya untuk menolaknya," jawab Kissinger. Ia tampaknya berkeinginan menjabat Penasihat Keamanan Nasional. Bagaimana Reagan menggerakkan stafnya kelak? Gaya kepemimpinannya sebagai Gubernur California dapat dijadikan petunjuk. Ia akan memerintah seperti seorang direktur perusahaan. Ia akan duduk berdilm-diam di kepala meja mendengarkanl nasihat para pembantunya sebelum mengambil keputusan. "Reagan akan membentangkan suatu masalah besar dan menyerahkan kepada para pembantunya untuk mengerjakan detail persoalan," kata seorang penasihat kampanyenya. Reagan dianggap lebih hangat dan bisa menenteramkan suatu perdebatan sengit dalam suatu sidang yang dipimpinnya dengan membagikan kacang manis kegemarannya. Ia akan lebih santai bekerja dibanding Carter. Untuk mengurus negara, ia lebih senang mendelegasikan wewenangnya kepada para pembantunya (menteri), sementara ia sendiri bermain golf di lapangan. Reagan memang dianggap menang dalam penampilan. Sikapnya itu bertolak belakang dengan Carter --seorang penyendiri dengan tatapan mata dingin. Carter, penggemar olah raga lari, adalah seorang teknokrat pemakan detail. Ia suka mengurusi tetek bengek yang seharusnya bisa diserahkan kepada orang lain. Untuk memakai lapangan tenis Gedung Putih, misalnya, staf Carter harus memperoleh izin dulu darinya. Tak heran bila kemudian Carter terjebak dalam soal kecil, sementara soal ekonomi dan kewibawaan AS diabaikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus