Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dua kali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan kasus korupsi dan sodomi, Anwar Ibrahim diangkat sebagai PM Malaysia ke-10. Ia dilantik dan diambil sumpahnya di hadapan raja di Istana Negara Malaysia pada pukul 17.05, Kamis, 24 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pencapaian Anwar tak lepas dari dukungan istrinya, Wan Azizah. Anwar pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pada 1993 mendampingi Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Namun, pada September 1998, Anwar dipecat Mahathir dari kedudukannya. Musababnya, dia disebut tak sependapat dengan sang Perdana Menteri. Anwar beda pandangan soal penanganan krisis ekonomi global yang menimpa Malaysia kala itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain dipecat, Anwar juga dipenjarakan Mahathir pada 1999. Dia dituduh melakukan korupsi dan berbuat sodomi. Tindakan asusila itu tentu aib bagi keluarga Anwar. Tapi Wan Azizah tak sedikit pun kehilangan kepercayaan terhadap suaminya itu. Bahkan, demi membela keadilan bagi Anwar, perempuan berlatarbelakang dokter ini rela terjun ke dunia politik. Bagi Wan Azizah, dan juga pendukung suaminya, dua kasus yang ditimpakan itu hanyalah upaya untuk menjatuhkan Anwar Ibrahim.
Baca: Wan Azizah Ditunjuk sebagai Perdana Menteri Interim Malaysia
Upaya Wan Azizah Bersihkan Nama Anwar Ibrahim
Wan Azizah pun membentuk gerakan pro-demokrasi seperti Gerakan Reformasi pada 1999. Dia juga membantu Anwar Ibrahim mendirikan Partai Keadilan Rakyat atau PKR. Tujuannya saat itu hanya satu, membebaskan sang suami. Tak hanya berjuang di dalam negeri, Wan Azizah juga berupaya menggalang dukungan dari luar Malaysia. Upaya itu diharapkan dapat memberikan Mahathir tekanan agar membebaskan Anwar.
Di tahun yang sama, bersama KPR Wan Azizah turut mengikuti Pemilihan Umum Parlemen 1999. Partai yang diusungnya berhasil mengamankan lima kursi parlementer. Wan Azizah berhasil memenangkan kursi parlemen untuk wilayah Permatang Pauh dengan jumlah suara 13.388. selain itu, dia juga memperoleh dukungan penuh untuk memimpin oposisi di majelis rendah parlemen dari seluruh partai koalisi Pakatan Harapan. Wan Azizah berhasil mempertahankan posisinya itu di Pemilu 2004 dan Pemilu 2008.
Pada 2008, Anwa Bebas. Wan Azizah kemudian terpilih menjadi anggota Majelis Umum Legislatif Selangor untuk wilayah Kajang pada 2014. Setahun berikutnya, pada 2015, dia kembali terjun ke pemilu untuk memperebutkan kursi parlemen untuk wilayah Permatang Pauh. Hal itu dilakukan Wan Azizah setelah suaminya didiskualifikasi karena dipenjara untuk kali kedua dengan tuduhan kasus sodomi, lagi. Anwar divonis penjara 5 tahun.
Pada 2018, demi membentuk koalisi partai Pakatan Harapan untuk mengalahkan mantan Perdana Menteri Najib Razak dalam pemilu, Mahathir meminta Raja Malaysia mengampuni Anwar agar dibebaskan.
Pada pemilu 2018, Wan Azizah diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia. Ini adalah bagian dari kesepakatan Mahathir untuk menjabat sebagai interim jika terpilih, meminta pengampunan untuk Anwar dan membuka jalan baginya untuk mengambil alih. Ada yang berspekulasi bahwa Wan Azizah akan mengalah kepada suaminya. Pada 2020, Mahathir mengundurkan diri tetapi kerajaan tetap memintanya menjadi Perdana Menteri sementara. Hingga akhirnya Anwar diangkat jadi Perdana Menteri dan Wan Azizah jadi ibu negara.
Profil Wan Azizah
Wan Azizah lahir pada 3 Desember 1952 di Rumah Sakit Kandang Kerbau, Singapura, yang saat itu masih menjadi bagian dari Malaysia. Dia mengenyam pendidikan awal di St. Biara Nicholas, Alor Setar. Wan Azizah kemudian melanjutkan studinya di Tunku Kurshiah College di Seremban. Dia juga melanjutkan studinya di Dublin, Irlandia, di mana dirinya memperoleh gelar di bidang obstetri dan ginekologi. Di Dublin, Wan Azizah menerima penghargaan Medali Emas MacNoughton-Jones.
Sekembalinya ke Malaysia, Wan Azizah menjadi dokter mata di Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur dan di Rumah Sakit Universitas, Universiti Malaya. Dia pensiun dari kariernya pada 1993 ketika suaminya diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Namun, setelah suaminya dipecat, ibu enam anak itu memutuskan terjun ke dunia politik. Wan Azizah boleh dibilang cukup pontang-panting demi membela suaminya itu. Kesabarannya membuahkan hasil, dengan naiknya sang Suami jadi orang nomor satu di Malaysia, otomatis dia jadi ibu negara Malaysia.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.