Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyatakan situasi di Iran "kritis" untuk menggambarkan kekerasan yang dilakukan pihak berwenang sebagai tanggapan terhadap protes masyarakat hingga mengakibatkan lebih dari 300 kematian dalam dua bulan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Meningkatnya jumlah kematian akibat protes di Iran, termasuk kematian dua anak pada akhir pekan lalu, dan kekerasan respons oleh pasukan keamanan, menggarisbawahi situasi kritis di negara itu," kata Direktur Komisi HAM Tinggi PBB Volker Turk di konferensi pers di Jenewa, Selasa, 22 November 2022.
Baca juga Pemain Iran Tolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan di Piala Dunia 2022, Dukungan bagi Aksi Protes
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Republik Islam itu dilanda protes nasional sejak kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun Mahsa Amini dalam tahanan polisi moralitas pada 16 September setelah dia ditangkap karena mengenakan pakaian yang dianggap "tidak pantas".
Teheran menyalahkan musuh asing dan agen mereka sebagai provokator demo, yang telah berubah menjadi pemberontakan rakyat Iran dari semua lapisan masyarakat, sehingga menjadi salah satu tantangan paling berani bagi para penguasa ulama sejak revolusi 1979.
Tim Piala Dunia Iran bahkan menolak untuk menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan Piala Dunia pada hari Senin sebagai tanda dukungan untuk protes.
Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan sejauh ini lebih dari 300 orang tewas, termasuk lebih dari 40 anak. Kematian ini terjadi di seluruh negeri, dengan kematian dilaporkan di 25 dari 31 provinsi.
Dalam pengarahan yang sama, juru bicara OHCHR Jeremy Laurence juga menyuarakan keprihatinan tentang situasi di kota-kota terutama Kurdi di mana ada laporan lebih dari 40 orang terbunuh oleh pasukan keamanan selama seminggu terakhir.
Reuters