Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 pastor tersangka pelaku kekerasan seksual anak tetap aktif dalam peran-peran gereja di Portugal, menurut kepala komisi yang menyelidiki isu ini, seperti dilansir Reuters, Selasa, 14 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komisi tersebut, yang memulai pekerjaannya pada Januari 2022, mengatakan dalam laporan akhirnya yang diterbitkan, Senin, 13 Februari 2023, bahwa setidaknya 4.815 anak dilecehkan secara seksual oleh para anggota Gereja Katolik Portugis – sebagian besar pastor – selama 70 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengatakan temuan itu seperti “puncak gunung es”, menggambarkan 4.815 kasus sebagai jumlah “minimum absolut” korban.
“Ada perkiraan (jumlah pastor yang dituduh) dan jelas akan lebih dari 100," kata psikiater anak Pedro Strecht, yang mengepalai komisi tersebut, kepada televisi SIC.
Komisi itu mengatakan mereka sedang menyiapkan sebuah daftar para pastor yang dituduh yang masih bekerja untuk dikirim ke Gereja dan kepada kantor jaksa publik. Strecht mengatakan mereka yang ada di daftar tersebut harus diturunkan dari perannya atau setidaknya harus dilarang berinteraksi dengan anak-anak dan remaja selama penyelidikan.
Jose Ornelas, ketua Konferensi Waligereja, mengatakan lembaga itu belum menerima daftar itu. Strecht mengatakan mereka akan menerimanya "segera".
"Apa yang Paus (Fransiskus) katakan (adalah)... pelaku kekerasan terhadap anak di bawah umur tidak dapat memegang posisi dalam kementerian selama terbukti bahwa orang tersebut adalah pelaku kekerasan," kata Ornelas, menambahkan Gereja tidak akan melakukan "persekusi" terhadap anggotanya.
Strecht mengatakan Gereja memiliki “kewajiban moral dan etika untuk bekerja sama dengan otoritas pengadilan,” tentang masalah ini.
Para uskup Portugis akan mengadakan rapat pada 3 Maret untuk mempertimbangkan menerapkan “mekanisme yang lebih efisien dan pantas” untuk mencegah kekerasan di masa depan, kata Ornelas.
REUTERS