Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara ini sedang melambat. Dia mengakui AS berisiko mengalami resesi. Menurutnya, penurunan kegiatan perekonomian tidak bisa dihindari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat berbicara di "Meet the Press" NBC pada Minggu, 24 Juli 2022, Yellen mengatakan jumlah perekrutan kerja yang kuat dan belanja konsumen menunjukkan ekonomi AS untuk saat ini tidak dalam resesi. "Ini bukan ekonomi yang sedang dalam resesi," kata Yellen. "Tapi kita berada dalam periode transisi di mana pertumbuhan melambat dan itu perlu dan tepat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yellen mengatakan inflasi "terlalu tinggi" dan kenaikan suku bunga Federal Reserve baru-baru ini membantu membawa harga yang melonjak kembali terkendali. Selain itu, pemerintahan Presiden Joe Biden menjual minyak dari Cadangan Minyak Strategis, yang menurut Yellen telah membantu menurunkan harga gas.
"Kami telah melihat harga gas hanya dalam beberapa pekan terakhir turun sekitar 50 sen (satu galon) dan seharusnya ada lebih banyak lagi dalam pipa," katanya.
Yellen, yang sebelumnya menjabat sebagai ketua Federal Reserve, berharap The Fed dapat cukup mendinginkan ekonomi untuk menurunkan harga tanpa memicu penurunan ekonomi yang luas.
"Saya tidak mengatakan bahwa kita pasti akan menghindari resesi," kata Yellen. "Tapi saya pikir ada jalan yang membuat pasar tenaga kerja tetap kuat dan menurunkan inflasi."
Produk domestik bruto AS tahunan menyusut pada 1,6 persen pada kuartal pertama. Menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters, sebuah laporan pada hari Kamis lalu diperkirakan menunjukkan kenaikan hanya 0,4 persen pada kuartal kedua.
Yellen mengatakan bahwa bahkan jika angka kuartal kedua negatif, itu tidak akan menandakan bahwa resesi telah terjadi, mengingat kekuatan di pasar kerja dan permintaan yang kuat. "Resesi adalah kelemahan ekonomi yang luas. Kami tidak melihatnya sekarang," katanya.
Jurnalis, beberapa ekonom, dan analis secara tradisional mendefinisikan resesi sebagai pengerutan PDB dalam dua kuartal berturut-turut. Tetapi kelompok riset swasta yang merupakan penengah resmi resesi AS malah melihat berbagai indikator, termasuk pekerjaan dan pengeluaran.
Pada Juni, perekrutan tenaga kerja di AS tetap kuat dengan 372.000 lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran bertahan di 3,6 persen. Sudah empat bulan berturut-turut peningkatan pekerjaan AS mencapati lebih dari 350.000.
Baca: Dua Warga Amerika Serikat Tewas di Donbas Ukraina
REUTERS