Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERBEDA dengan perebutan kekuasaan di Republik Rakyat Cina, yang disertai demonstrasi mahasiswa, yang terjadi di Iran selama ini tampaknya berlangsung diam-diam. Baru dua pekan lalu, dengan dipublikasikannya dokumen setebal 110 halaman, diketahui dengan jelas munculnya Ahmad Khomeini, anak lelaki Ayatullah Khomeini, sebagai peserta haru dalam percaturan politik setelah Ayatullah Montazeri tertendang keluar akhir Maret lalu. Dokumen itu antara lain berupa surat Ahmad Khomeini, selaku pembantu dekat ayahnya, ditujukan kepada Ayatullah Hussein Ali Montazeri. Itulah pertama kalinya Ahmad berbicara sebagai wassi (pengawas) gagasan-gagasan Khomeini, jabatan yang dikukuhkan oleh ayahnya tahun lalu. Dalam surat yang ditulis sebelum Montazeri disingkirkan itu, antara lain Ahmad memperingatkan, sejak Iran kembali ke garis keras -- dimulai ketika Ayatullah mengumumkan hukuman mati buat Salman Rushdie, pengarang The Satanic Verses, Februari lalu -- mereka yang berada di luar garis harus menerima kekalahan. "Anda bak bejana dari gelas, dan Ayatullah Khomeini adalah tongkat baja. Jika Anda konflik dengannya, Anda akan berantakan," tulis Ahmad. Dalam dokumen disertakan fotokopi surat-menyurat kedua ayatullah sejak 1986. Lewat surat tulis tangan itulah mereka berbicara blak-blakan. Khomeini menuduh Montazeri "berkomplot dengan musuh-musuh revolusi" dan menampakkan semangat yang "kurang militan" . Lalu Ayatullah memperingatkan agar sebaiknya ia mundur saja dari dunia politik. Sebaliknya Montazeri -- setelah disingkirkan menjadi guru di Qom -- menuding Khomeini dan para pendukungnya kini bertindak seperti Savak, polisi rahasia Syah Iran, daripada sebagai ulama Islam. "Kejahatan Menteri Intelijenmu, dan semua saja yang ikut ambil bagian di rumah penjaramu, lebih jahat daripada yang dilakukan Syah dengan Savaknya. Aku mengetahui ini semua secara detail." Lalu Montazeri mengajukan protes keras bahwa radio dan TV Iran menyensor kata-kata dan pidato-pidatonya. Tersebarnya dokumen ini tampaknya memang disengaja oleh Ahmad. Mula-mula, berkas surat-surat itu ia bagikan kepada orang-orang garis keras di parlemen dan kepada para Pengawal Revolusi. Entah bagaimana dokumen jatuh ke dua surat kabar Iran, Al Abrar dan Rissalaat, yang kemudian memuatnya berseri sejak Rabu dua pekan lalu. Boleh jadi, itu memang disengaja oleh Ahmad, 42 tahun, untuk makin memperkuat posisinya. Kata Abulhassan Bani Sadar, bekas presiden Iran, dipublikasikannya dokumen itu secara tak langsung merupakan pengakuan bahwa Ahmad Khomeini menggantikan posisi Montazeri. Maka, kini persaingan merebut kedudukan puncak di Iran berlangsung antara dua pihak. Pertama Rafsanjani, ketua parlemen, yang dulu dikenal moderat tapi akhir-akhir ini bersuara keras. Di pihak lain Ahmad Khomeini, grup keras asli Para pengamat mengatakan bahwa Ahmad menyusun kekuatan sejak . menjadi pembantu dekat ayahnya. Di antara kelompoknya adalah Menteri Dalam Negeri Ali Akbar Montashemi, Menteri Keamanan Mohammad Rayshari, dan wakil pribadi Ayatullah Khomeini dalam Pengawal Revolusi, Nouri Abadallah Nouri. Pemublikasian dokumen itu tentu saja bukan terutama untuk menyerang Montazeri yang sudah tersisih. Melainkan untuk menggertak para penganut garis moderat, yang sering melontarkan kritik tentang kondisi penjara yang lebih buruk daripada di zaman Syah penyalahgunaan kekuasaan oleh komite revolusi ekspor kekerasan ke Mekah seperti yang dilakukan para jemaat haji Iran. Dalam konteks seperti inilah bisa dipahami manuver Rafsanjani yang tiba-tiba bersuara keras. Tampaknya, ketua parlemen ini tak ingin terlempar dari gelanggang sebelum final kompetisi. Yakni, ketika kedudukan Khomeini -- yang pekan lalu menjalani operasi -- harus diisi oleh mereka yang kini lagi bersaing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo