Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Harta Gelap Putri Diktator

Putri mantan Presiden Angola menjadi tersangka kasus korupsi perusahaan minyak Sonangol. Dibongkar konsorsium jurnalis internasional.

28 Maret 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perempuan jutawan Isabel dos Santos ditaksir memiliki kekayaan US$ 2,1 miliar.

  • Hakim Portugal memerintahkan penyitaan seluruh aset Isabel dos Santos.

  • Kasus korupsinya dibongkar oleh Konsorsium Internasional Jurnalis Investigatif (ICIJ).

KEBERUNTUNGAN Isabel dos Santos, putri mantan Presiden Angola, José Eduardo dos Santos, pelan-pelan mulai memudar. Sejak Januari lalu, perempuan yang disebut majalah ekonomi Forbes sebagai wanita terkaya di Afrika dengan perkiraan aset mencapai US$ 2,1 miliar itu ditetapkan sebagai tersangka penggelapan dana dan kesalahan manajemen saat memimpin perusahaan minyak milik Angola, Sonangol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah Angola menyita lusinan rekening pribadi serta perusahaan Isabel dan suaminya, Sindika Dokolo, juga membekukan asetnya senilai US$ 1 miliar dalam upaya mengembalikan pinjaman negara yang belum dibayar. Angola meminta Portugal—negara tempat Isabel banyak memiliki perusahaan—melakukan hal serupa. Dalam sidang putusan pada 13 Maret lalu, hakim Carlos Alexandre memerintahkan penyitaan semua asetnya. Putusan ini lebih keras daripada yang ditetapkan pengadilan lebih rendah, yang hanya membekukan rekening banknya, pada Januari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perkembangan terbaru ini di luar perkiraan Scilla Alecci, salah satu jurnalis Konsorsium Internasional Jurnalis Investigatif (ICIJ) yang menyelidiki asal-usul kekayaan Isabel dan suaminya. Bersama sekitar 120 jurnalis dari berbagai negara, ICIJ menganalisis dan memverifikasi informasi setelah mendapatkan lebih dari 715 ribu dokumen. Hasil proyek penyelidikan kolaboratif yang kemudian diberi nama “Luanda Leaks” ini dirilis pada 15 Januari lalu.

“Isabel dos Santos dan keluarganya dapat berbisnis di Portugal selama bertahun-tahun (sekitar dua dekade), yang berarti dia mendapat lisensi dan izin untuk melakukannya oleh pemerintah Portugal yang sama atau pihak berwenang yang kompeten,” kata Alecci kepada Tempo, Rabu, 25 Maret lalu. “Perkembangan terbaru ini baik bahwa mereka memperhatikannya sekarang, tapi tidak jelas apa yang akan mereka lakukan pada masa depan untuk mencegah hal semacam ini terjadi lagi.”

•••

ISABEL dos Santos lahir pada 20 April 1973 di Baku, Azerbaijan, dari istri pertama José Eduardo, Tatiana Kukanova. Dia bersekolah di sekolah negeri di ibu kota Angola, Luanda. “Dia sangat rendah hati,” ujar jurnalis dan juru kampanye antikorupsi, Rafael Marques de Morais, seperti dikutip France24. “Orang-orang menyukainya karena dia sangat sederhana, merakyat, dan tidak ingin dilihat sebagai yang istimewa.”

Isabel do Santos dalam sebuah acara amal yang dihadiri selibriti Hollywood, di Amerika Serikat, Mei 2015./Instagram Isabel dos Santos

Ayahnya, seorang gerilyawan yang berjuang untuk kemerdekaan Angola dari Portugal, menjadi presiden pada 1979. Isabel pindah ke London setelah ayah dan ibunya bercerai. Dia bersekolah di St. Paul, kemudian belajar teknik listrik dan manajemen bisnis di King’s College di London.

Isabel kembali ke Angola saat berusia 24 tahun. Saat itu, ayahnya memasuki tahun ke-18 masa kepresidenan. Ia memulai usaha bisnis pertamanya dengan membuka sebuah restoran di Luanda bernama Miami Beach. Menurut Morais, bisnisnya tidak berhasil. “Restorannya dikelola dengan buruk. Bahkan hari ini masih butuh dua jam untuk dilayani dan satu jam untuk mendapat tagihan.” Setelah itu, ia mendirikan bisnis pengumpulan sampah. Hasilnya sama.

Meski demikian, pundi-pundi kekayaan Isabel terus penuh, yang berasal dari sahamnya di sejumlah perusahaan. The Guardian merilis laporan majalah Forbes yang menyebut Isabel sebagai pemilik saham terbesar di Zon, konglomerasi media Portugal, sebanyak 28,8 persen senilai US$ 385 juta. Ia juga dikabarkan memiliki 19,5 persen saham di bank Portugal, Banco BPI, dengan nilai US$ 465 juta dan 25 persen saham di Banco BIC Angola senilai sekitar US$ 160 juta. Selain itu, Isabel disebut sebagai pemegang 25 persen saham di perusahaan telekomunikasi Angola, Unitel.

Surat kabar pemerintah, Jornal de Angola, memberi dia julukan “Wirausaha 2012”. Forbes melihat kepemilikan saham Isabel di beberapa perusahaan Portugal, termasuk perusahaan televisi kabel dan bank Angola, menempatkannya dalam daftar miliarder untuk pertama kalinya. Morais memandang kekayaan Isabel itu semata-mata ada berkat kekuasaan ayahnya. “Sebagian besar bisnisnya di Angola disetujui dan dialihkan dari ayahnya, yang presiden itu,” tuturnya seperti dilansir The Guardian.

Isabel menikah dengan Sindika Dokolo, kolektor seni Kongo dan putra dari Sanu Dokolo, taipan dan pendiri Bank of Kinshasa. Pernikahannya menjadi pergunjingan karena sangat mewah untuk ukuran negara yang sebagian besar warganya hidup di bawah garis kemiskinan. Ada laporan bahwa sebuah kelompok paduan suara diterbangkan dari Belgia dan dua pesawat carteran mengantarkan makanan dari Prancis. Presiden-presiden Afrika berada di antara seratus tamu istimewa dalam pesta yang biayanya diperkirakan sekitar US$ 4 juta itu.

Pasangan Isabel-Sindika memiliki tiga anak dan wira-wiri antara Luanda, London, Lisabon, dan Johannesburg, tempat kerabat Sindika. Keberuntungan Isabel berubah setelah ayahnya lengser pada 2017, sesudah memerintah lebih dari 30 tahun, meski masih tetap menjadi Presiden Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Angola (MPLA), partai yang memerintah Angola sejak negara itu merdeka pada 1975. José Eduardo dos Santos adalah presiden terlama kedua di Afrika setelah Teodoro Obiang Nguema Mbasogo dari Guinea Ekuatorial.

Dokumen penggelapan dana perusahaan yang dilakukan Isabel do Santos./ ICIJ

Isabel memimpin Sonangol sejak 2016, setahun sebelum ayahnya lengser. Namun posisi itu tak lama dipegangnya. João Lourenco, presiden baru Angola, yang berjanji memerangi korupsi, mencopotnya. Isabel lantas pergi ke luar negeri dan berpindah-pindah antara London, Dubai, dan Portugal. Pada Mei 2018, Angola meluncurkan penyelidikan dugaan korupsi selama Isabel memimpin Sonangol.

Menurut Scilla Alecci, ICIJ melacak seluk-beluk kekayaan Isabel dan sang suami pada awal 2019. Organisasi itu menyelidiki dan memverifikasi ribuan dokumen berupa surat elektronik rahasia, kontrak, audit, risalah rapat, dokumen perusahaan, dan lain-lain. Dokumen itu berasal dari Platform untuk Melindungi Pengungkap Fakta di Afrika (PPLAAF), organisasi yang berbasis di Paris, Prancis.

Proyek liputan bersama itu, kata Alecci, memberikan pengetahuan tentang dunia keuangan yang penuh rahasia yang hanya dapat diakses oleh beberapa orang kaya dan penjahat. “Kami juga melihat para konsultan, pengacara, dan akuntan terkemuka itu beraksi, membantu memindahkan dan menyembunyikan dana yang memungkinkan penjarahan salah satu negara termiskin di dunia.”

Penyelidikan ICIJ ini, Alecci melanjutkan, membantah klaim Isabel selama ini bahwa dia menghasilkan kekayaannya melalui ketajaman bisnis, ketabahan, dan kewirausahaan. “Arsip keuangan dan bisnis yang bocor mengungkap kisah bagaimana dia memindahkan ratusan juta dolar uang publik dari salah satu negara termiskin di planet ini dan masuk ke labirin perusahaan dan anak perusahaan, yang banyak di antaranya berlindung di bawah yurisdiksi kerahasiaan nasabah di luar negeri,” ujar Alecci.

Salah satu tantangan dalam melacak kekayaan Isabel ini, Alecci mengungkapkan, adalah bagaimana meyakinkan pengacara, akuntan, dan beragam orang dalam untuk berbicara. “Beberapa tampaknya takut dan gentar melawan orang-orang yang berkuasa. Yang lain mengelak dari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa klien mereka bukan Dos Santos sendiri, melainkan perusahaan cangkang,” tutur Alecci.

Setelah hampir dua tahun menyelidiki Isabel, para penyelidik Angola menetapkannya sebagai tersangka pada Januari lalu. “Isabel dos Santos dituduh melakukan kesalahan manajemen dan penggelapan dana selama masa jabatannya di Sonangol,” kata jaksa penuntut umum Helder Pitta Gros dalam konferensi pers, 22 Januari lalu. Isabel dituduh menggunakan pengaruh ayahnya untuk mencuri uang dari Afrika Selatan, yang kaya minyak dan berlian tapi miskin, dan menyimpannya di luar negeri.

Gros menjelaskan, Dos Santos adalah satu di antara lima tersangka yang semuanya kini tinggal di luar negeri. Empat tersangka lain adalah Nuno Ribeiro da Cunha, bankir di EuroBic; Mário Leite da Silva, manajer bisnis utama Isabel; Paula Oliveira, teman dan mitra bisnisnya; dan Sarju Raikundalia, mantan direktur keuangan di Sonangol.

Ribeiro adalah mantan bankir pribadi Isabel di EuroBic, bank Portugal. Menurut Luanda Leaks, Ribeiro-lah yang mengizinkan transfer puluhan juta dolar dari Sonangol ke rekening di Dubai setelah Isabel diberhentikan dari Sonangol. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, ia dipanggil bosnya di EuroBic. Malam harinya, ia ditemukan tewas di garasi rumahnya di Restelo, Lisabon.

Ihwal lambannya penetapan Isabel sebagai tersangka, Alecci mengatakan penyebabnya adalah kerumitan kasusnya. “Butuh waktu lama karena ayahnya adalah presiden yang berkuasa hingga 2017. Semuanya berubah ketika presiden baru berjanji memberantas korupsi,” ujarnya. “Tapi, pada saat yang sama, kita harus berhati-hati. Para ahli ragu terhadap kampanye antikorupsi pemerintah saat ini dan masih menunggu tindakan nyata."

Isabel membantah tuduhan terhadapnya dan berjanji berjuang melalui pengadilan internasional untuk membela nama baiknya. “Tuduhan terhadap saya beberapa hari terakhir sangat menyesatkan dan tidak benar,” ucapnya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir media Jerman, Deutsche Welle.

ABDUL MANAN (GUARDIAN, FRANCE24, DEUTSCHE WELLE, PORTUGALRESIDENT.COM)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus