Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Dresden - Ribuan orang itu berkumpul setiap Senin petang di depan Gedung Opera kota di Dresden untuk berunjuk rasa. Mereka mengibar-kibarkan bendera nasional Jerman seraya menyanyikan lagu kebangsaan dengan satu tujuan, hentikan arus pengungsi dan pendatang yang masuk ke Jerman.
Thomas adalah salah satu di antara para pengunjuk rasa itu. Pada Senin sore, 19 Oktober 2015, waktu setempat, dia tampak memegang plakat bergambar foto Kanselir Jerman, Angela Merkel, berpakaian layaknya seorang muslimah berjilbab.
Pria ini sengaja tidak mau menyebutkan nama belakangnya ketika berbicara dengan CNN sembari mengatakan bahwa dirinya takut tradisi Jerman bakal terkikis oleh kehadiran kaum imigran muslim.
"Saban Senin malam, kami hadir di sini dengan damai. Kami bukan kaum Nazi. Kami tidak ingin disebut sebagai pengikut Nazi dan kami tak ingin pula dilukiskan sebagai kaum sayap kanan. Kami hanya tidak ingin menjadi asing di negeri sendiri," ucap Thomas kepada CNN.
Unjuk rasa di Dresden dimulai hampir setahun lalu ketika Lutz Bachmann, seorang bekas pemain sepak bola profesional dengan catatan kriminal karena perampokan dan penyerangan, mengunggah kata-kata kasar terhadap kaum imigran asal Turki di Jerman melalui akun Facebook.
Bermula dari sinilah muncul kelompok bernama PEGIDA alias Patriotik Bangsa Eropa Melawan Islamisasi Barat. Selanjutnya pengikut PEGIDA menggelar demonstrasi saban Senin petang di Dresden untuk menolak kehadiran imigra, pencari suaka, atau pengungsi.
Jerman siap menerima permohonan suaka satu juta orang tahun ini, melebihi kuota negara anggota Uni Eropa. Saat ini, hampir setiap hari, Jerman dibanjiri 10.000 pengungsi yang mengalir dengan kereta api dari Bavaria, selatan Jerman. Mereka diregistrasi di pusat-pusat pedaftaran selanjutnya disebarkan ke sudut-sudut kota di Jerman.
Kanselir Merkel menyambut hangat kehadiran para pengungi dan berjanji mempercepat proses aplikasi pengungsi asal Suriah dan Irak serta menyiapkan dana lebih dari US$ 6 juta (Rp 82 miliar) untuk kebutuhan makan dan tempat tinggal mereka.
Namun demikian, langkah Merkel ini mendapatkan sambutan dingin dari warganya. Dalam sebuah jajak pendapat yang diselenggarakan baru-baru ini, hampir separuh warga Jerman mengatakan jumlah pengungsi yang masuk ke negaranya terlalu banyak. Hanya satu dari tiga warga Jerman yang sepakat dengan kebijaksanaan Merkel.
Data yang dimiliki pemerintah Jerman menunjukkan jumlah pengungsi terbesar yang masuk ke negeri itu berasal dari Suriah dan Irak disusul dari Albania. Meskipun pemerintah menyatakan siap mendeportasi imigran Albania, Kosovo, dan negara lain asal Eropa Timur namun prosesnya sangat lambat.
CNN | CHOIRUL AMINUDDIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini