Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JIMMY Carter, setelah KTT 7 negara industri di Tokyo, memakai
Cara khas untuk menarik perhatian bangsanya. Di saat krisis
energi dan antri bensin yang panjang, rupanya presiden ini
berpikir apakah rakyat Amerika masih mau mendengar apa yang dia
bilang.
Pada mulanya, demikian tersiar luas, ia akan berbicara via layar
TV tentang kebijaksanaannya untuk mengatasi kesulitan energi.
Pidato suatu Kamis malam yang direncanakan itu mendadak
dibatalkannya. Dan ia pergi memancing di tempat peristirahatan
Camp David.
Pembatalan ini mengundang berbagai pendapat. Umumnya orang
memperoleh kesan bahwa Presiden Carter masih ragu-ragu, sulit
mengambil keputusan. Tapi staf Gedung Putih melepas -- disengaja
tentunya -- info bahwa presiden sebenarnya belum puas dengan
teks pidato yang dipersiapkan untuknya. Apapun sebab
sesungguhnya, perhatian umum memang sudah tergugah.
Sementara itu diundangnya sejumlah gubernur, tokoh politik dan
Congress, kalangan bisnis, malah juga kaum gereja. Secara
bergilir mereka diterbangkan dengan helikopter ke Camp David.
Terjadi semacam KTT domestik pula di sana.
Carter mencoba mendengar para tamunya. Adakalanya ia mendengar
samhil duduk di lantai. Bahkan diajaknya para tamu berlari pagi.
Para tamunya mendapat kesan bahwa Carter selama 30 bulan
berkuasa telah terpisah di Gedung Putih. "Pergilah berbicara
dengan rakyat seperti anda baru saja berbicara dengan kami,"
nasehat Gubernur Ella Grasso dari Connecticut.
Carter tampaknya menyadari bahwa ia perlu menempuh pendekatan
baru, apalagi polisi menunjukkan tingkat popularitasnya sangat
menurun. Kampanye pemilihan presiden 1980 sudah dekat pula. Hal
yang dirisaukannya ialah bukan saja soal bagaimana bisa dipilih
kembali, tapi juga bagaimana supaya konvensi partai Demokrat
bersedia mencalonkannya lagi.
Dari Partai Demokrat terdapat kemungkinan calon kuat lainnya,
yaitu senator Edward Kennedy. Jika sang senator tampil
mencalonkan diri, demikian Carter seperti pernah ramai dikutip
pers Amerika, "saya akan sikat pantatnya." Tapi Carter, terutama
di mata kalangan partainya sendiri, mengalami krisis
kepercayaan.
Soalnya ialah Carter di lingkungan politik Washington dianggap
"orang luar" -- kurang mendapat teman di Congress. Para pembantu
yang dilawanya ke Gedung Putih -- dijuluki "Georgia Mafia" --
semua orang baru di Washington, dan tidak pula disukai kalangan
Congress.
Krisis energi mempertajam krisis kepercayaan terhadap dirinya.
Padahal Carter pernah tahun 1977 memajukan RUU untuk mengatasi
soal energi ini, tapi selalu gagal di Congress. Namun kini
Congress cenderung akan mendukung, antara lain usaha membikin
synfuel (bahan bakar minyak sintetis) yang meminta dana ratusan
milyar dollar.
KTT domestik di Camp David dipakai Carter sekaligus untuk
membina kesimpulannya sendiri tentang langkah apa yang harus
dilakukannya selanjutnya. Ketika itu suatu pidato sudah
direncanakan, kali ini Minggu malam (15 Juli). Ia menyediakan
juga waktu untuk bertamu ke beberapa keluarg. Amerika biasa dan
menanyakan keresahan mereka.
Dengan Tawaran
Akhirnya dalam pidato TV yang tertunda dan ditunggu-tunggu itu
Carter menghimbau bangsanya supaya mendukung rencana 6 pasal
untuk mengatasi krisis selama ini. Dengan rencana itu, katanya,
AS akan bisa mengurangi ketergantungannya pada minyak impor,
penyebab krisis yang utama. Dalam dasawarsa berikutnya
diharapkannya impor minyak akan berkurang separoh, berarti akan
menghemat 4,5 juta barrel/hari. Sasaran itu jauh melebihi
tingkat penghematan yang dijanjikannya dalam KTT Tokyo.
Selain pengurangan jatah impor, katanya, ia akan meminta
persetujuan Congress untuk membentuk suatu Energy Security
Corporation yang mengembangkan sumber energi pengganti. Juga ia
akan membentuk suatu Enery Mobilisation Board, semacam badan
antardepartemental yang bisa mengatasi segala birokrasi untuk
menanggulangi kesulitan energi.
Tapi krisis kepercayaan bukan karena minyak saja. Maka para
pembantu dari Georgia kabarnya menasehatkan supaya dipecat
beberapa pejabat teras. Caranya? Diumumkanlah pekan lalu bahwa
semua anggota kabinet dan staf senior Gedung Putih -- sekitar 50
orang -- menawarkan diri untuk berhenti.
Dengan tawaran ini, Carter pun menggeser secara beruntun lima
tokoh penting. Menteri Keuangan Michael Blumenthal diganti olah
William Miller, ketua bank sentral (Federal Reserve Board).
Menteri Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Joseph Califano
diganti oleh Patricia Harris, wanita kedua dan satu-satunya
negro dalam kabinet Carter. Jaksa Agung Griffin Bell diganti
oleh wakilnya, Benjamin Civiletti. Menteri Energi James
Schlesinger diganti oleh Charles Duncan, tadinya wakil Menteri
Pertahanan. Menteri Angkutan Brock Adams diganti buat sementara
oleh Graham Clayton.
Blumenthal sudah lama tidak disenangi oleh "Georgia Mafia".
Sedang Califano, karena kampanye anti-merokok yang terlalu keras
dijalankan, dianggap tidak menguntungkan secara politis karena
amarah para penanam tembakau di selatan. Kebetulan Califano
diketahui dekat dengan Kennedy, senator yang mungkin menjadi
calon presiden.
Schlesinger, anggota partai Republik, memang sudah menyatakan
niatnya akan berhenti bila Amerika memasuki kampanye pemilihan
presiden baru. Kehadirannya dianggap tidak akan menguntungkan
Carter nanti.
Tapi paling menggegerkan dalam rangkaian mutasi ini ialah
Hamilton Jordan. Penasehat politik Carter yang berusia 34 tahun
Ini diangkat menjadi Kepala Staf Gedung Putih.
Jordan pernah berjasa dalam menyusun strategi yang memenangkan
Carter dalam pemilihan presiden 1976. Sebagai Kepala Staf,
Jordan berpengaruh sekali. Pada mulanya Carter menolak untuk
mengadakan jabatan Kepala Staf karena peranan H.R. Haldeman
dalam skandal Watergate di zaman pemerintahan Nixon.
Peranan Jordan diperlukan untuk menghubungi Congress yang
menjadi masalah bagi Carter. Tapi reaksi kalangan Congress
tampaknya tidak begitu senang terhadap pribadi Jordan.
Reputasi Jordan dengan wanita pun cukup dikenal. Isteri
dutabesar Mesir pernah didekatinya dalam pesta. "Saya selalu
ingin melihat piramid dari Nil," katanya. Insiden ini menjadi
bahan pergunjingan anti-Jordan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo