Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia pada Sabtu, 12 Oktober 2024, didominasi berita tentang serangan tentara Israel atau IDF yang melukai dua prajurit TNI yang bertugas dalam United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL).Serangan itu menuai kritikan tajam yang mempertaruhkan kredibilitas dan wibawa Dewan Keamanan PBB (DK PBB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Militer Israel beralasan dua pasukan penjaga perdamaian PBB itu, luka akibat tembakan dari tentara Israel yang sedang berusaha memerangi anggota Hizbullah. Mereka juga menyebut sudah memperingatkan agar pasukan penjaga perdamaian PBB mencari tempat perlindungan beberapa jam sebelum serangan dilancarkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berikut top 3 dunia selengkapnya:
1. Ahli Sebut Serangan Israel terhadap Dua Prajurit TNI UNIFIL Jadi Masalah Internasional
Ahli isu Timur Tengah dari The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), Smith Alhadar, pada Jumat, 11 Oktober 2024, angkat bicara ihwal serangan tentara Israel atau IDF yang melukai dua prajurit TNI yang bertugas dalam United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Peristiwa penyerangan yang menimpa dua prajurit TNI UNIFIL itu terjadi pada Kamis, 10 Oktober 2024 di Tower Pengamatan Naquora, ketika IDF terlibat kontak tembak dengan Hizbullah.
Naquora merupakan salah satu titik pos yang dijaga oleh TNI. Di pos itu, ada personil pengamat situasi dari militer Indonesia yang bertugas di Lebanon. Dia menilai serangan terhadap dua anggota TNI itu tidak bisa dilihat hanya sebagai masalah satu negara, yaitu Indonesia. Namun, jelas Smith, kejadian itu mempertaruhkan kredibilitas dan wibawa Dewan Keamanan PBB (DK PBB)
Wilayah operasi UNIFIL pada dasarnya sudah ditetapkan di kawasan yang memisahkan antara Lebanon dengan Israel atau blue line. Area itu tidak boleh dijadikan medan perang, apalagi menjadikan anggota UNIFIL sebagai sasaran.
Baca selengkapnya di sini
2. Militer Israel Akui Lukai Personel UNIFIL di Lebanon
Militer Israel pada Jumat, 11 Oktober 2024, mengakui ada dua personel penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) yang terluka akibat serangan Israel di dekat menara pengawas di selatan Lebanon. Tel Aviv pun prihatin mendalam atas kejadian ini. Serangkaian ledakan oleh Israel dalam tempo 48 jam untuk memerangi Hizbullah, telah membuat pasukan penjaga perdamaian yang sedang bertugas di pangkalannya kaget
Pada Jumat malam, 11 Oktober 2024, militer Israel beralasan suara sirine meraung-raung di wilayah tengah Israel saat dua drone terdeteksi ditembakkan dari arah Lebanon. Satu drone bisa dicegat, namun satu drone lainnya menghantam sebuah gedung di Herzliya hingga menyebabkan kerusakan. Untungnya tidak ada laporan korban jiwa
Sekjen PBB Antonio Guterres dan negara-negara Barat mengutuk serangan Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB. Sedangkan UNIFIL menyebut tindakan Israel adalah sebuah pengerahan serius dan menuntut agar ada jaminan keamanan yang sepatutnya pada personel penjaga perdamaian PBB yang bertugas
Baca selengkapnya di sini
3. Serangan Israel terhadap Pasukan UNIFIL Disengaja
Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), Smith Alhadar, menilai Israel memiliki kecenderungan sengaja menyerang pasukan penjaga perdamaian United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) agar memudahkan mereka menaklukkan Hizbullah yang bercokol di Lebanon selatan. Pasalnya, wilayah operasi UNIFIL pada dasarnya sudah ditetapkan di kawasan yang memisahkan antara Lebanon dengan Israel atau blue line. Area itu tidak boleh dijadikan medan perang, apalagi menjadikan anggota UNIFIL sebagai sasaran.
"Adanya blue line dilihat Israel sebagai kendala yang menghambat pergerakan pasukan daratnya," kata Alhadar kepada Tempo, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Menurutnya, sepanjang UNIFIL berada di sana (blue line), invasi besar-besaran Israel ke Lebanon selatan, basis Hizbullah, untuk menghancurkan kelompok bersenjata pro-Iran itu sebagai tujuan perang Israel mustahil akan berhasil. Jika Hizbullah tidak berhasil terusir dari Lebanon selatan, maka Hizbullah akan selamanya menghadirkan ancaman bagi wilayah utara Israel.
Alhadar menduga Israel memiliki harapan agar UNIFIL mengosongkan wilayah blue line usai serangan itu untuk diambil alih tentara resmi Lebanon. Di sisi lain, tentara resmi Lebanon cenderung bersikap netral terhadap konflik antara Israel dan Hizbullah. Oleh sebab itu, Hizbullah memiliki pengaruh lebih kuat daripada tentara resmi Lebanon sekaligus memiliki peran besar dalam politik Lebanon
Baca selengkapnya di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini