Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ulama Syiah ternama di Irak, Muqtada al-Sadr, pada Jumat, 27 Oktober 2023 meminta pemerintah dan anggota parlemen Irak untuk menutup kedutaan AS di Bagdad sebagai tanggapan atas “dukungan tak terkendali” Washington terhadap Israel.
“Jika pemerintah dan parlemen tidak memenuhi permintaan ini, kami akan mengambil tindakan lebih lanjut yang nanti akan kami umumkan,” kata ulama tersebut dalam pernyataannya.
Pemimpin populis dari partai politik Gerakan Sadrist ini memiliki jutaan pengikut di Irak. Sadr telah menunjukkan di masa lalu bahwa ia dapat mengumpulkan ratusan ribu pendukungnya, yang sebagian besar merupakan kelas pekerja Muslim Syiah, jika ingin memberikan tekanan politik.
Partainya merupakan yang terbesar pada pemilihan parlemen Irak tahun 2021, menduduki 73 kursi di parlemen sebelum blok tersebut mengundurkan diri pada Juni 2022 di tengah krisis politik Irak.
Anggota keluarga terkemuka al-Sadr yang berasal dari Lebanon ini menentang pengaruh Iran di Irak, membedakannya dari para pemimpin Syiah lainnya yang memiliki hubungan dekat dengan Teheran. Ia juga menentang AS dan menyerukan penarikan pasukan AS yang tersisa di Irak.
Pada Juni 2023, para pengikutnya menginisiasi demonstrasi untuk memprotes pembakaran Al Quran di Swedia. Mereka menyerbu dan membakar kedutaan Swedia di Bagdad.
Tahun lalu, ia memerintahkan para pengikutnya untuk menyerbu Zona Hijau yang dijaga ketat di Bagdad – yang merupakan lokasi gedung-gedung pemerintah dan kedutaan besar – dan menduduki parlemen.
REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pilihan Editor: Uni Eropa Sepakati Bantuan untuk Ukraina Sebesar Rp838 Triliun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini