Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus dari negara diberbagai belahan dunia dan para pendukung mantan Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, pada Sabtu, 14 September 2019, berkumpul di sebuah stadium olahraga di ibu kota Harare, Zimbabwe, untuk mengucapkan salam perpisahan pada Mugabe. Namun stadion olahraga yang besar itu tidak dipenuhi orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara penghormatan terhadap jenazah Mugabe dilakukan di sebuah stadion olaharaga, dimana hanya seperempat ruangan yang diisi orang. Sejumlah jenderal, istri Mugabe dan anak-anak Mugabe berjalan mengiringi di bagian belakang jenazah saat masuk stadion.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari mirror.co.uk, Minggu, 15 September 2019, upacara penghormatan terhadap Mugabe baru dilakukan persis sepekan setelah kematiannya. Mugabe meninggal pada usia 95 tahun di Singapura.
Mugabe mantan Presiden Zimbabwe yang memegang kekuasaan selama 37 tahun atau setelah negara itu merdeka dari jajahan Inggris. Mugabe kehilangan jabatan lewat kudeta militer pada 2017.
Upacara penghormatan terhadap jenazah Mugabe tetap digelar di tengah ancaman akan mempermalukan Presiden Zimbabwe berkuasa saat ini, Emmerson Mnangagwa.
Keponakan Mugabe mengatakan rencananya jenazah Mugabe akan di kebumikan di taman makam pahlawan di ibu kota Harare dalam 30 hari ke depan. Rencana itu bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya yang mengatakan Mugabe kemungkinan akan dimakamkan pada Minggu, 15 September 2019.
Banyak anggota partai berkuasa di Zimbabwe, Partai ZANU-PF, menginginkan agar Mugabe di kebumikan di taman makam pahlawan di negara itu untuk mengenang Mugabe sebagai sosok pahlawan yang membebaskan Zimbabwe dari penjajahan kulit putih.
Upacara pemberian penghormatan terhadap Robert Mugabe, mantan Presiden Zimbabwe. Sumber: mirror.co.uk/AFP/Getty Images
"Hari ini, mari kita kesampingkan segala perbedaan dan mari kita bersatu ketika mengenang masa lalu serta menatap masa depan sebagai bangsa yang bangga, independen dan bebas," kata Presiden Mnangagwa.
Mugabe adalah pemimpin penuh kontroversi di negaranya. Dia dikenal berjasa membebaskan Zimbabwe dari penjajahan Inggris dan memperluas akses pendidikan bagi masyarakat. Akan tetapi, tidak sedikit pula masyarakat yang menyimpan marah pada mantan Presiden Mugabe karena telah membuat perekonomian negara itu menyedihkan. Zimbabwe mengalami hiperinflasi dan pengangguran besar-besaran.
"Kami lebih bahagia sekarang dia (Mugabe) telah pergi. Untuk apa saya harus datang ke acara pemakamannya? Saya tidak punya bensin. Kami tidak mau mendengar apapun lagi tentangnya. Dia penyebab permasalahan kami," kata seorang penduduk kota Harare.