Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Bebaskan Kecanduan Minyak Bumi

Energi alternatif mesti lebih banyak dipakai di negeri kaya sumber energi terbarukan ini.

23 Juni 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH saatnya Indonesia melepas ketagihan mi­nyak bumi. Bahan bakar fosil itu ibarat candu, orang ingin terus-menerus mengkonsumsinya. Memperolehnya pun mudah, tinggal pergi ke stasiun pompa, bayar, dan semua langsung beres. Padahal, seperti halnya candu, pemakaian minyak menimbulkan kerusakan, baik lingkungan maupun mentalitas si pemakai.

Peringatan yang dilontarkan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman itu benar dan ia bukan orang pertama. David Sandalow, bekas pejabat Gedung Putih, pernah mengingatkan hal yang sama. Sandalow menulis buku yang sangat terkenal, Freedom from Oil. ”Ketika David Sandalow menulis soal energi dan lingkungan, kita harus benar-benar menyimak,” begitu bekas wakil presiden Al Gore memuji.

Tatkala harga minyak meroket hingga US$ 132 atau Rp 1,2 juta per barel, peringatan itu terasa amat relevan bagi Indonesia. Terlebih karena status Indonesia sekarang merosot dari negara pengekspor menjadi pengimpor minyak. Pemerintah tentu tak bijak membiarkan isi kantongnya terkuras untuk membeli emas hitam itu.

Memutus ketergantungan pada minyak bisa dimulai dengan membuka mata atas banyaknya sumber energi terbarukan di negeri ini. Contohnya panas bumi. Bila sumber itu dikelola optimal, Indonesia bisa menghasilkan listrik berkekuatan 27 ribu megawatt. Sedang­kan produksi saat ini hanya 1.500 megawatt. Investasi untuk mengembangkan energi alternatif pada tahap awal memang­ lebih besar ketimbang energi dari minyak bumi. Namun, meng­ingat manfaatnya dalam jangka panjang dan sifatnya yang ramah lingkungan, modal awal itu akan jauh lebih­ kecil bila diperhitungkan dengan keuntungan di masa depan.

Sesungguhnya Indonesia kaya tanaman yang bisa diolah menjadi minyak. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sudah memiliki pilot project untuk mempro­ses singkong beracun menjadi bioetanol. Masih ada 40 jenis tanaman lain yang bisa dijadikan bahan baku. Ada tanam­an jarak pagar, biji kosambi, dan minyak kelapa sawit, yang bisa diolah menjadi biodiesel.

Itu belum termasuk sumber energi berupa matahari,­ angin, dan arus air laut yang tak terbatas. Mestinya Indonesia tidak kalah dengan India, yang telah menjadi produ­sen listrik tenaga angin dan matahari nomor lima di dunia. India juga menduduki peringkat keempat dalam pemakaian listrik tenaga surya.

Badan Pengkajian perlu menyebarluaskan cara memproduksi energi alternatif ini kepada masyarakat. Masyarakat juga perlu diberi tahu, kotoran hewan dan manusia, misalnya, bisa diolah menjadi biogas. Sekam dapat diolah menjadi listrik, hasil buangan industri gula menjadi gasohol. Angin bisa mendatangkan listrik. Dengan pengetahuan itu, rakyat diharapkan bisa menjaga keta­hanan energinya sendiri tanpa bantuan pemerintah.

Di sejumlah daerah, pemanfaatan sumber energi terbarukan yang murah dan praktis ini terbukti mampu mendorong tumbuhnya ekonomi setempat. Warga melakukan berbagai kegiatan produktif yang tadinya mustahil di­kerjakan tanpa listrik atau bahan bakar.

Sumber energi alternatif perlu dimanfaatkan secara optimal. Bukan saja lantaran harga minyak kian mahal, melainkan juga untuk menyiapkan sumber lain manakala bahan bakar fosil itu terkuras habis. Alangkah sia-sia bila angin hanya dipakai main layang-layang, dan matahari cuma digunakan untuk mengeringkan jemuran dan ikan asin. Kalau mau dan ada niat, pasti ada jalan keluar dari kecanduan minyak bumi yang sudah menyandera kita sekian lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus