Forum demokrasi: kiat perdana gus dur

Saya terkesan dengan tulisan dari "tokoh kita" Abdurrahman Wahid, Ketua Forum Demokrasi, yang diungkapkan pada acara halal bihalal yang diselenggarakan oleh Forum Demokrasi di Taman Ismai Marzuki (TEMPO, 18 Mei 1991, Nasional). Gus Dur antara lain menyinggung keadaan demokrasi di dalam negeri dan prihatin terhadap kondisi masyarakat yang digambarkan berada dalam "suasana seolah-olah". "Seolah-olah hukum sudah tegak, seolah-olah sistem demokrasi sudah berlaku ..." dan seterusnya. Ternyata kali ini Gus Dur cukup "tanggap" dan juga cukup arif dengan pernyataannya. Ah, mengapa kaca mata wanitaku sempat melihat sekitar ini -- - beberapa orangtua memberi kebebasan anak gadisnya berkencan dengan seorang pemuda (seolah-olah ... maaf kalau boleh saya pinjam istilah Gus Dur -- ya, seolah-olah orangtua sangat sayang pada anak gadisnya). Sebaliknya, banyak juga anak yang berani kepada orangtuanya dengan caranya sendiri (seolah-olah agama dan demokrasi ditegakkannya). Nah kala kita mau merujuk pada kata " seolah-olah" tersebut, banyak contoh kenyataan di masyarakat kita. Dan -- Gus Dur telah mencoba "mengungkap" dan mengangkat kenyataan ini ke permukaan -- suatu matra baru Abdurrahman Wahid dalam kiprahnya. Lebih lanjut Abdurrahman Wahid menyinggung perlunya lembaga judicial review atau hak uji peraturan perundang-undangan. "Kita butuh institusi yang punya wewenang menilai UU yang cocok atau tidak dengan UUD. Karena itu, kita harus memperjuangkan agar Mahkamah Agung memiliki wewenang itu," kata Gus Dur. Nah, untuk kata itu barangkali angin segar dari Forum Demokrasi. NY. NINIL SUDARMINI Jl. Perwira 1, Darmaga Bogor