Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan badan yang bulat, ia menggerakkan tubuhnya di pentas sempit, ia menggerakkan wayangnya yang tanpa wayang, ia menggerakkan seluruh cerita dengan loncatan dan selingan yang tak pernah putus: lagu, cetusan lucu, dialog yang tangkas, narasi yang sayu, gerak silat, aktor-aktor hidup yang membawakan peran, yang juga memainkan instrumen, yang juga jadi awak yang menari. Selama hampir dua jam penonton terpaku: Ki Dalang Slamet Gundono malam itu mementaskan lakon ”Mutamangin”. Bukan wayang biasa, bukan ketoprak biasa….
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo