Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak diketahui, apakah orang banyak senang waktu itu. Novel itu sebenarnya tidak hendak menghibur. Ia lebih berupa sebuah propaganda Partai Komunis Indonesia ketimbang sebuah cerita yang mengasyikkan. Pidato, statemen, dialog-dialog yang sudah bisa diduga sebelumnya, merupakan bagian penting tubuhnya. Ditulis dengan bahasa Melayu yang kikuk, novel ini barangkali memang tak mempunyai ambisi yang lain. Kesusastraan tidak lebih dan tidak kurang, dalam tahap itu, sebuah proyek politik. Tetapi yang menarik ialah bahwa Hikajat Kadiroen, sebuah buku tentang seorang anak muda yang kemudian terpikat oleh komunisme, menunjukkan sesuatu yang agak aneh tentang nasib sebuah kisah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo