Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Istilah "transformasi struktural" jamak ditemukan dalam studi pembangunan. Generasi saya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengenal topik ini dari kuliah Profesor Arsjad Anwar. Salah satu referensi utamanya adalah buku Hollis Chenery dan Moises Syrquin berjudul Patterns of Development (1975). Beberapa literatur sebelumnya, seperti tulisan Allan Fisher (1935) atau Colin Clark (1940), juga membahasnya. Intinya, perekonomian akan beralih tumpuan dari sektor pertanian (termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan) ke sektor industri (terutama manufaktur, tapi juga mencakup pertambangan, konstruksi, dan "utilitas"--listrik, gas, dan air minum) dan lalu ke sektor jasa (meliputi jasa perdagangan, hotel, dan rumah makan; transportasi dan komunikasi; keuangan, perumahan, dan jasa usaha; serta jasa lainnya). Jadi umumnya, semakin berkembang suatu bangsa, kontribusi sektor jasanya semakin besar. Saat ini sektor jasa di Indonesia menyumbang sekitar 48 persen produk domestik bruto, diikuti sektor industri 40 persen, dan sisanya sektor pertanian. Di Australia, kontribusi sektor jasa adalah sekitar 70 persen, dan di Amerika Serikat 80 persen.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo