Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Skenario o: Cina Tahun 2001

Gebrakan liberalisasi sistem sosial ekonomi Cina berpengaruh besar terhadap perkembangan negara tersebut. Dalam kelayakan material, tahun 2001 pemimpin Cina sejajar dengan negara-negara lain.

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEBRAKAN liberalisasi sistim sosial ekonomi Cina ternyata membawa pengaruh yang amat besar terhdap perkembangan negara tersebut. Ajaran Mao tidak seluruhnya dicampakkan, tetapi cukup dikaji kembali saja. Kunjungan pemimpin-pemimpin Cina generasi sebelumnya ke negara-negara Barat, Timur Tengah dan Asia lainnya mempengaruhi citra Cina di awal abad ke-21 ini. Ajaran Konghucu digali kembali untuk mencari kepribadian luhur dan asli bangsa Cina. Kebesaran dinasti raja-raja Cina jaman dulukala, dibangkitkan kembali. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang kebanggaan bangsa itu sebagai bangsa besar. Anehnya, komunisme secara resmi tidak pernah dilepaskan sebagai falsafah negara. Marx, Lenin dan Mao tetap merupakan simbul-simbul yang dipidatokan di Lapangan Hijau (d/n Lapangan Merah). Hanya isi ajaran itu telah disesuaikan. Lembar demi lembar koran dinding telah menjinakkan komunisme Cina. Kini kehidupan bisa lebih santai, lebih human dan lebih mengenakkan gaya hidup. Wiski, tuak, putao tidak lagi dianggap konsumsi borjuis. Bir dijual di - warung-warung komune dan di kaki lima. *** Yang mentakjubkan lagi, sejak tahun 1998 di negara tersebut dibentuk Departemen Agama. Tentu saja, sebagai alat propaganda. Penghayatan dan pengamalan agama, sudah terlalu lama dilupakan sebagian besar rakyat Cina. Tetapi Departemen Agama Cina tidak kurang pekerjaan. Salah satu kerjanya ialah menerbitkan Buku Biru, suatu kodifikasi Pikiran Mao, dijajarkan dengan ajaran Konghucu, Injil dan Ayat Suci Al Qur'an. Itu semua dilakukan untuk membuktikan bahwa ajaran Mao cocok dan ada landasannya di semua Kitab Suci. Departemen Agama Cina sebagai pabrik pemanfaatan ayat suci mengembangkan peranannya secara menggebu-gebu. Di Tiensien didirikan Majlis Pemanfaatan Ajaran Agama untuk Negara. Majelis ini meyebarkan bahan dakwah yang digaris kan Polit Biro. Di Macao didirikan pondok pesantrer pembaharuan. Di Hainan ada lembaga Alkitab, dan lainlain. Pemandangan Cina modern kini sudah berobah. Di kotakota seperti Peking, Shanghai, Nanking dan lain-lain, seragam pekerja masih dipakai. Dekrit untuk itu tidak pernah dicabut. Hanya gaya dan seleranya menjadi mutakhir. Warnapun tidak selalu harus gelap. Boleh mengikuti selera. Jahitan, jenis bahan dan segala ornamen yang dikenakan mencerminkan status sosial si pemakai dalam struktur elite negara itu. Memang, masih ada satu dua yang masih setia memakai potongan, warna dan bahan lama, seperti dikehendaki dekrit. Tetapi mereka itu serta merta dituduh anak cucu keturunan Komplotan Empat. Balai Rakyat sekarang dipakai untuk arena indoktrinasi diskusi dan latihan pidato kader-kader politik dan birokrasi Cina. Doktrin baru yang sekarang berlaku, sebagai penuntun pelaksanaan komunisme Cina ialah doktrin Tao Pek Kong. Atas doktrin inilah segala puja dan puji terhadap leluhur dan pemimpin mereka lampiaskan. Kaderisasi belum bisa beranjak dari kultur dasar bangsa Cina yang telah tertanam berabadabad. Isinya agitasi, penuh gaya klise, pura-pura, serta sikap munafik. Tidak satupun retorikanya cocok dengan kehidupan sehari-hari si pembicara maupun pemimpin mereka. Pola konsumsi Cina modernpun bergeser. Barang kemewahan ditemui di mana-mana. Sampai-sampai Lumpia, Getuk Lindri, Onde-Ondepun diimpor dari Indonesia. Walaupun di Balai Rakyat masih terus dipekikkan kepercayaan kepada kemampuan dan kekuatan sendiri. Dalam hal kelayakan material, pemimpin Cina tahun 2001 bisa duduk sejajar dengan pemimpin negara manapun. Isteri perdana menteri memiliki usaha real estate di Taiwan dan Hongkong. Nyonya wakil menteri industri didesas-desuskan sebagai peserta aktif dalam spekulasi di bursa modal gelap. Maka tak ayal, ada kecemasan bangsa Cina abad 21 menjadi bangsa tahu: bangsa yang cepat busuk bila tidak dicampur formalin (ex impor).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus