Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Air asin, hiu, dan arapaima

Akuraium raksasa di pulau putri, jakarta, milik anton saksono. koleksinya lumayan lengkap, termasuk ikan hiu maupun arapaima gigas, ikan besar. dikhawatirkan pencemaran oli dan sampah mengimbas pulau putri yang bisa merusak habitat ikan.

1 Mei 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULAU Putri, terletak 50 mil di lepas pantai Jakarta, juga memiliki semacam teater akuarium seperti di Vancouver, Kanada. Ada tujuh akuarium dipajang di sana, satu di antaranya berukuran cukup besar: 22 x 5,5 x 1,5 meter. Koleksi ikannya lumayan lengkap. Ada ikan siomay, belut laut, bintang laut, dan ikan landak, bahkan juga ikan hiu. ''Bagus sekali. Lewat akuarium ini saya bisa mengamati dari dekat kehidupan ikan hiu,'' celetuk seorang pengunjung yang asyik memperhatikan perilaku belasan ikan buas dalam sebuah akuarium khusus. Selain hiu, masih ada koleksi lain yang tak kurang mempesona. Ikan Arapaima gigas namanya, seekor ikan ''raksasa'' yang beratnya mencapai satu kuintal. Ikan ini berasal dari Sungai Amazon, Amerika Selatan. Seluruh badannya berwarna hitam pekat. Jika melahap ikan-ikan kecil memang itulah makanannya ia akan mengeluarkan suara gelegar yang cukup mengagetkan. Selain penghuninya unik, sistem aliran air di akuarium itu juga tidak biasa. Air yang memenuhi akuarium dipompakan langsung tanpa henti dari laut yang hanya berjarak 200 meter. ''Jadi, kondisi akuarium ini relatif sama dengan habitat aslinya. Saya cuma memindahkan air laut, kok,'' kata Anton Saksono, arsitek akuarium itu. Untunglah, kondisi air laut di sekitar Pulau Putri tak separah kondisi air di pulau-pulau lain di sekitarnya. Pulau Putri relatif belum begitu tercemari sampah dan oli. Jadi, pemeliharaan ikan di situ cukup dengan memompakan udara segar terus-menerus. ''Membangun akuarium besar seperti ini memang obsesi saya sejak dulu. Saya berharap akuarium ini akan menggugah kecintaan pengunjung terhadap lingkungan, khususnya kehidupan air,'' ujar Anton. Obsesi itu menjadi kenyataan ketika rekannya seorang pemilik bungalow di Pulau Putri bersedia menyediakan dana Rp 1 miliar untuk pembuatan akuarium. Dan rupanya, akuarium ini cukup menarik perhatian para penyewa bungalow. Kini, setelah hampir satu tahun, belum ada ikan yang mati. Mereka bahkan sehat dan gemuk-gemuk maklum tiap hari bisa menghabiskan 16 kg ikan kecil-kecil. Memang, sesekali ada kekhawatiran, jangan-jangan pencemaran oli dan sampah bisa mengimbas ke Pulau Putri. ''Mudah-mudahan itu tak terjadi,'' begitu Anton berharap. Alasannya cuma satu. Air laut yang bersih merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup karang dan ikan di sekitar Pulau Putri, dan tentunya juga di akuarium itu. GSI dan Taufik T. Alwie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Âİ 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus