Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG kembali merekam kejadian gempa yang bisa dirasakan dari Kota Ambarawa, Jawa Tengah, pada hari ini, Kamis 4 November 2021. Dua gempa terjadi pada pagi tadi, pukul 05.01 dan 05.17 WIB dengan kekuatan magnitudo masing-masing 2,9 dan 2,6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat gempa sama berada di darat, dua kilometer arah barat daya Ambarawa. Bedanya, gempa pertama berasal dari kedalaman 15 kilometer dan yang kedua terukur oleh BMKG hanya 1 kilometer. BMKG mengukur keduanya sama menyebabkan guncangan dengan intensitas skal II MMI atau getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mencatat gempa pagi ini adalah yang ke-41 dari gempa swarm Ambarawa yang telah terjadi sejak 23 Oktober lalu. Statistik gempa swarm Banyubiru - Ambarawa sejauh ini tetap didominasi gempa kecil kurang dari magnitudo 3,0.
"Inilah karakter swarm yang aktivitasnya kambuhan. Sudah hampir seminggu jeda sepi gempa, pagi di Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya kini muncul lagi swarm ke-41," kata Daryono via akun media sosialnya.
Dijelaskannya pula bahwa gempa swarm meskipun magnitudonya relatif kecil, namun karena kedalamannya sangat dangkal, sehingga guncangan dirasakan oleh masyarakat.
Daryono menambahkan, berdasarkan buku sumber dan bahaya gempa Indonesia 2017, wilayah Banyubiru-Ambarawa-Salatiga diapit oleh tiga sesar aktif yang membuatnya rawan gempa. Ketiganya adalah Sesar Unggaran di sebelah utara, Sesar Rawapening di sebelah timur, dan Sesar Merapi-Merbabu di sebelah selatan.
Gempa dengan magnitudo 3,0 mengguncang barat laut Kota Salatiga pada pukul 06:33:46 WIB. Kredit: BMKG
Berdasarkan peta geologi regional Jawa Tengah, daerah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya tersusun oleh tanah lunak endapan aluvial, sehingga gelombang seismik di wilayah tersebut mengalami resonansi yang akhirnya terjadi amplifikasi guncangan.