Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - “Semua orang harus mengakhiri ketergantungannya pada bahan bakar fosil,” kata editorial bersama yang dikoordinasikan oleh media ternama, Guardian. Negara kaya menyumbang hanya satu dari delapan orang di dunia, tetapi bertanggung jawab atas setengah dari gas rumah kaca. Jelas bahwa negara kaya memiliki tanggung jawab moral untuk membantu mengakhiri ketergantungan ini. Nantinya, krisis iklim global pun dapat teratasi dengan baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sekjen PBB Antonio Guterres pun belum lama ini menyerukan pajak rejeki pada perusahaan bahan bakar fosil yang keuntungannya melonjak karena perang Rusia di Ukraina sehingga menaikkan harga energi dan cenderung mendorong perubahan iklim. Dalam tajuk rencana yang diterbitkan oleh lebih dari 30 organisasi media, mencatat krisis ekonomi yang berkembang di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Wahyu Dhyatmika, Direktur Utama PT Info Media Digital penerbit Tempo.co, Tempo turut serta dalam pembuatan editorial ini bersama puluhan media lain di seluruh dunia. Editorial bersama untuk mendorong transisi energi dan pembiayaan yang lebih besar agar negara berkembang bisa membiayai mitigai krisis iklim.
Catatan tersebut menjelaskan bahwa selama pandemi, bank sentral di seluruh dunia melumasi pengeluaran negara dengan membeli obligasi pemerintah mereka sendiri. Triliunan dolar yang dibutuhkan untuk menangani keadaan darurat ekologi pun menuntut pengembalian pemikiran radikal mencegah krisis iklim.
Nyatanya, perubahan iklim seperti ini memang menjadi masalah global yang membutuhkan kerja sama antara semua negara. Namun, tanpa dana yang memadai, tidak ada kepercayaan antara negara bagian utara dan selatan. Dengan begitu, urgensi permasalahan ini ada pada setiap orang, seperti dilansir The Guardian.
“Krisis iklim adalah tantangan terbesar generasi kita yang hanya bisa dipecahkan oleh kerja sama internasional. Pada saat pemerintah gagal melakukan apa yang dibutuhkan, baik di tingkat internasional maupun nasional, kita harus menyadari perlunya upaya gabungan, termasuk oleh media yang memiliki tanggung jawab moral untuk menunjukkan jalannya,” kata Aluf Benn, Pemimpin Redaksi Haaretz.
Dorongan yang hadir untuk menangani krisis iklim terlihat dari keberhasilan KTT Cop27 PBB yang berlangsung di Mesir. Secara luas, KTT tersebut membahas peningkatan cepat aliran pendanaan iklim ke negara-negara berkembang.
Serangkaian laporan menjelang Cop27 pun telah mengungkapkan seberapa dekat planet ini dengan bencana iklim yang tidak dapat diubah, seperti tidak adanya jalur pemotongan karbon hingga 1,5 celcius. Namun, hadirnya Cop27 disambut baik oleh Katharine Viner, Pemimpin Redaksi Guardian News and Media yang memimpin inisiatif ini.
“Dengan Cop27 terjadi di Mesir, kami ingin menerbitkan editorial ambisius yang menyoroti betapa kuatnya banyak organisasi berita yang berbeda dan para pembaca kami merasakan krisis iklim. Editorial bersama ini adalah demonstrasi yang kuat tentang bagaimana organisasi berita di seluruh dunia dapat bekerja sama untuk kepentingan publik,” kata Viner.
Masalah kerugian dan kerusakan berupa dana yang dibutuhkan untuk membangun kembali di negara-negara miskin setelah dampak iklim yang tak terhindarkan, telah menjadi inti dari Cop27. Sebab, dalam KTT sebelumnya, negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat, menolak seruan untuk pendanaan semacam itu. Alhasil, editorial bersama menyatakan bahwa PBB harus mendesak negara kaya untuk berpartisipasi menyelamatkan planet ini yang dikejar di Cop27. Nantinya, dapat mencegah risiko eksistensial bagi setiap manusia.
Natalie Hanman, kepala lingkungan Guardian News and Media pun berharap Cop27 menjadi langkah awal atasi krisis iklim global, khususnya para petinggi negara-negara kaya.
“Harapan saya adalah dengan memiliki satu suara yang bulat, kami mengingatkan orang-orang bahwa ini adalah krisis iklim global yang mengancam kita semua. Sekarang sangat penting bagi para pemimpin dunia untuk mendengarkan dan bertindak,” ujar Natalie.
RACHEL FARAHDIBA R I SDA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.