Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Heboh Burung Pipit Mati Massal, Profesor di IPB Sebut Fenomena Sudden Death

Burung pipit mati massal terjadi beruntun di sejumlah daerah di Indonesia sepanjang dua pekan ini. Ada kemungkinan karena hipoksia.

15 September 2021 | 21.16 WIB

Seorang petani membebaskan seekor burung pipit yang terperangkap dalam jaring padi miliknya di desa Ujung Tanjung, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat,  (21/9). Para petani di daerah mengaku resah akibat hama burung yang memangsa padi milik mereka akibatnya hasil panen akan mengalami penurunan.  ANTARA/Irwansyah Putra
Perbesar
Seorang petani membebaskan seekor burung pipit yang terperangkap dalam jaring padi miliknya di desa Ujung Tanjung, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, (21/9). Para petani di daerah mengaku resah akibat hama burung yang memangsa padi milik mereka akibatnya hasil panen akan mengalami penurunan. ANTARA/Irwansyah Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bogor – Peristiwa burung pipit mati massal terjadi beruntun di sejumlah daerah di Indonesia sepanjang dua pekan ini. Dua peristiwa di antaranya mencakup populasi yang cukup besar yang berguguran dari pohon tempat burung-burung itu singgah pada malam sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Profesor di Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University, I Wayan Teguh Wibawan menyebut kematian mendadak dan bersamaan burung-burung bertubuh dan patuk kecil itu sebagai fenomena sudden death. Menurutnya, ada beberapa kemungkinan penyebabnya.

Selain stress dan keracunan seperti yang sudah disebut pula oleh beberapa kalangan sebelumnya, Wayan memunculkan kemungkinan penyebab lain yakni hipoksia atau kekurangan kadar oksigen dalam darah. "Ada beberapa penyebabnya, salah satunya adalah hipoksia karena burung pipit itu kan jenis burung yang bergerombol di mana pun mereka berada,” kata Wayan, Rabu 15 September 2021.

Wayan menunjuk kemungkinan perubahan cuaca sebagai pemicu. Burung pipit disebutnya jenis unggas yang biasa hidup di cuaca hangat. “Ini bisa juga karena kedinginan, terus mereka berjubel satu sama lain dan dalam kondisi seperti itu hipoksia atau kekurangan oksigen bisa saja terjadi."

Seperti yang terjadi di Gianyar, Bali, pada Jumat pekan lalu, dan viral di media sosial, Wayan menerangkan, kematian massal burung pipit ditemukan di antara dua pohon asam. "Kemungkinan bisa saja, burung itu berebut oksigen antar habitatnya juga dengan pohon yang mereka hinggapi untuk oksigennya,” ucapnya. 

Faktor kelelahan juga diperhitungkannya. Secara teoritis, Wayan menjelaskan, bisa saja kawanan burung itu mengalami fenomena sudden death karena kelelahan dan stress. Saat di satu daerah mengalami cuaca dingin maka burung-burung itu melakukan migrasi yang jauh mencari tempat-tempat yang hangat sesuai habitat mereka.

Tangkapan layar video temuan bangkai burung pipit dalam jumlah besar di satu area makam di Gianyar, Bali, Jumat 10 September 2021. Lokasi temuan kematian burung-burung itu menambah viral video peristiwa ini di media sosial. ANTARA/Ayu Khania Pranisitha.HO-BKSDA Bali.

Setelah melakukan perjalanan atau penerbangan jauh itu, burung-burung itu satu atau dua diantaranya kelelahan dan mati. Sebab kematian itu, membuat stress kawanan burung pipit lainnya. "Itu secara teoritis ya," katanya sambil menambahkan koleganya di Balai Veteriner Denpasar, Bali, sedang melakukan pemeriksaan penyebab pasti fenomena itu. "Kita tunggu hasilnya nanti apa,” kata Wayan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus